Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mempunyai cara baru dalam memantau dan mengevaluasi data warga miskin (gakin) yakni dengan memanfaatkan sistem informasi program layanan masyarakat (Simprolamas).
Asisten IV Bidang Kesejahteraan Sekretaris Kota (Sekkota) Surabaya Rakyat Eko Haryanto mengatakan, Simprolamas memang sudah dijalankan pada pertengahan tahun ini.
"Kami akan memanfaatkan waktu hingga akhir tahun untuk terus menyempurnakan Simprolamas. Saat ini masih dalam tahap penggunaan sekaligus uji coba hingga akhir tahun. Targetnya, per Januari 2016, Simprolamas sudah efektif berjalan sepenuhnya," kata Eko usai membuka Forum Diskusi Peduli Anak dan Remaja Rentan di Gedung Siola, Kamis.
Eko menjelaskan teknis Simprolamas adalah SKPD-SKPD yang memiliki program intervensi masyarakat mengupload laporan secara online. Sebagaimana diketahui, selama ini Pemkot Surabaya memberikan intervensi terhadap masyarakat kurang mampu/miskin dan terlantar.
Untuk kategori masyarakat miskin, lanjut dia, ada beberapa layanan kebutuhan dasar mencakup pendidikan, kesehatan dan pangan (dari pusat berupa raskin). Tak hanya itu, Pemkot juga mengintervensi pemberdayaan ekonomi dalam bentuk pelatihan keterampilan dan bursa kerja.
"Misalnya dalam satu keluarga ada ayah yang bekerja, ibu yang berada di rumah dan anak bersekolah. Nah, sang ibu ini diberikan pelatihan keterampilan supaya dapat membantu pendapatan keluarga," ujar Eko.
Lebih lanjut, mantan Kepala Dinas Sosial Surabaya ini menambahkan, untuk golongan terlantar Pemkot juga punya program tersendiri. Perlindungan sosial berupa permakanan tambahan diberikan bagi para lansia, anak yatim dan anak penyandang difabel yang miskin dan terlantar.
Adapun yang tergolong terlantar adalah mereka yang sudah tidak ada yang merawat atau pun tidak mempunyai sanak keluarga.
Menurut dia, dengan banyaknya program yang tersebar di sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), maka diperlukan suatu sistem yang mampu menghimpun data penerima program secara keseluruhan.
Oleh karenanya, SKPD-SKPD pelaksana program wajib melaporkan pelaksanaan program dalam Simprolamas. "Nantinya di sistem itu akan terlihat secara detail data penerima program intervensi dari Pemkot sesuai nama," katanya.
Sementara, itu Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Surabaya Imam Siswandi menuturkan, pihaknya memang ditunjuk sebagai pengelola Simprolamas. Bagian Kesra akan mengolah data masukan dari SKPD-SKPD.
Dia menjelaskan sedikitnya 13 SKPD diberikan akses ke Simprolamas untuk mengupload data. SKPD-SKPD tersebut antara lain, Bapemas KB, Disnaker, Disperdagin, Dinkop UMKM, Dinkes, Dinsos, dan Dispendik. Selain itu ada pula Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang, Dinas PU Bina Marga dan Pematusan, Dispora, Distan serta kantor ketahanan pangan.
Menurut Imam, Simprolamas nantinya akan sinergi dengan e-Gakin yang ada di Bapemas KB. Meski sekilas hampir sama, namun kata Imam, terdapat perbedaan antara e-Gakin dan Simprolamas. e-Gakin lebih kepada updating data warga miskin.
Sedangkan Simprolamas tidak mempunyai kewenangan meng-upgrade atau men-downgrade status gakin. Namun, hasil analisa Simprolamas dapat dijadikan acuan sasaran penerima gakin selanjutnya.
Imam mengatakan data gakin sangat dinamis. Ada yang dulunya miskin namun kini sudah tidak miskin karena ekonominya membaik. Begitu pula sebaliknya. Untuk itu, selain menghimpun data dari SKPD, Simprolamas juga membandingkan data tersebut dengan hasil observasi di lapangan.
Guna menunjang keberhasilan Simprolamas, kata dia, pihaknya mempekerjakan 42 surveyor yang didukung dengan tenaga IT. Di samping itu, Pemkot juga bekerja sama dengan para akademisi dari perguruan tinggi untuk analisa data gakin. (*)
Pemkot Surabaya Manfaatkan "Simprolamas" Untuk Evaluasi Data Gakin
Kamis, 12 November 2015 17:51 WIB
Kami akan memanfaatkan waktu hingga akhir tahun untuk terus menyempurnakan Simprolamas. Saat ini masih dalam tahap penggunaan sekaligus uji coba hingga akhir tahun