Ny. Hariyadi (53),mendadak menghentikan sarapan paginya di sebuah warung makanan milik di Pasar Kota, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Ia kemudian bergegas mengambil sendok dan memasukkan sejumlah kepala ikan dengan warna hitam dipadu warna putih yang ada di dalam baskom yang cukup besar ke dalam plastik dan hanya menyisakan sebuah kepala ikan.
"Semua kepala ikan "ndas rengkik" dari sayur asem-asem ini sebenarnya sudah saya beli. Tapi, karena ibu juga ingin menikmati asem-asem "ndas rengkik", ya saya sisakan satu saja," kata Ny. Riyadi, kepada seorang ibu yang baru masuk warung setempat, Sabtu (17/10).
Sambil melanjutkan makannya yang juga asem-asem "ndas rengkik", ia menjelaskan satu "ndas rengkik" itu, katanya, bisa untuk makan dua orang.
"Lha, kepalanya gedhe. Kalau kecil ya, untuk satu orang," ucapnya.
Ny. Hariyadi mengaku sudah lama menjadi penggemar sayur asem-asem "ndas rengkik", sehingga secara rutin selalu menyantap menu itu.
Bahkan, ia mengatakan pernah memborong sayur asem-asem yang berisi 50 kepala "ndas rengkik" di warung yang lokasinya di tengah pasar kota itu.
"Saya bagikan kepada saudara-saudara saya yang tinggal di Malang, Surabaya, selain saya makan sendiri," katanya, seraya menambahkan bahwa semua anggota keluarganya penggemar menu ikan Bengawan Solo.
"Karena rumah saya berada di tepian Bengawan Solo di Desa Banjarjo, Kecamatan Kota," ucapnya.
Pengemar menu asem-asem "ndas rengkik" lainnya Abdul Manan, warga Desa Kauman, Kecamatan Kota, menjelaskan menyantap menu asem-asem "ndas rengkik" Ny. Yayuk, seraya makan di menu masakan kelas hotel berbintang.
"Tapi, saya harus menelepon dulu ke Ny. Yayuk, sebab bisa saja sudah habis menu asem-asem "'ndas rengkik'-nya, sebab selalu diserbu pembeli," ujar Manan, menegaskan.
"Sekali makan asem-asem "ndas rengkik" saya jamin kecanduan," kata Ny. Yayuk (54), pemilik warung makanan spesialis ikan Bengawan Solo di Bojonegoro itu.
Ia menjelaskan menu makanan asem-asem "ndas rengkik" di warungnya itu racikan bumbu-bumbunya berdasarkan caranya sendiri.
Meski demikian, katanya, bumbu-bumbunya mirip dengan bumbu garang asem. Perbedaannya garang asem untuk rasa kecutnya memanfaatkan buah asam, tapi asem-asem "ndas rengkik", memanfaatkan daun kedondong.
"Untuk kepala ikan sebelum dimasukkan ke dalam sayur, terlebih dulu digoreng," tambahnya.
Ia mengaku berjualan menu masakan berbagai aneka ikan Bengawan Solo, dengan menu andalan asem-asem "ndas rengkik", sejak 1990."Satu porsi asem-asem "ndas rengkik" yang cukup besar Rp20.000. Suda inh termasuk nasi dan minuman teh," ucapnya.
Meski demikian, ia juga menjual menu ikan Bengawan Solo lainnya, antara lain, patin/jambal, tawes, kuthuk juga ikan jenis yang lainnya.
Namun, lanjut dia, nelayan Bengawan Solo sekarang ini tidak bisa banyak memperoleh ikan "rengkik", disebabkan berbagai hal.
Selama ini, katanya, dirinya bisa menjual rata-rata sekitar 10 ekor ikan rengkik atau patin/hari, bahkan bisa lebih, dengan menu kepalanya untuk asem-asem, dan dagingnya digoreng dengan menu sambal penyet ikan.
“Pembeli paling suka kulit ikan rengkik, sebab rasanya gurih dan lezat,” tandasnya. (*)