"Silahkan belanja..belanja. Murah-murah harganya dan bagus-bagus. Ada kaos gajah, topi dan gantungan kunci juga ada," teriak seorang pedagang wanita di Pasar Wat Arun, Thailand, saat melihat rombongan pengunjung asal Indonesia.
"Di sini juga ada kaos anak-anak lho. Silahkan beli, bisa pakai rupiah," sahut pedagang lainnya sembari memperlihatkan kaos ukuran anak berwarna biru tua bergambar gajah yang berhias lampu menyala kerlap-kerlip.
Mendengar Bahasa Indonesia di negeri orang, pengunjung asal Indonesia kaget dan tidak menyangka mayoritas pedagang yang merupakan warga asli Thailand, sangat fasih menjajakan dagangannya dengan bahasa asing.
"Pedagangnya jago Bahasa Indonesia ternyata. Tentu ini sangat menguntungkan karena tawar-menawar tidak perlu bingung," ucap Rahmat Pribadi, wisatawan asal Surabaya.
Tidak itu saja, di pasar tradisional yang lokasinya satu kompleks dengan Pagoda Wat Arun tersebut, bisa berbelanja menggunakan uang pecahan rupiah.
"Kebetulan, uang baht saya sudah tinggal sedikit. Jadi untuk beli oleh-oleh di sini cukup pakai rupiah," tutur Hanif, pengunjung asal Indonesia lainnya.
Pria kelahiran Madura, Jawa Timur, tersebut memborong 1,5 lusin kaos khas Thailand yang harganya mencapai 2.500 baht menggunakan uang pecahan rupiah.
"Kalau dalam bentuk rupiah, saya membayar Rp1.125.000, karena kursnya dihitung Rp450 per 1 baht," tambahnya.
"Saya beda lagi, kalau ditotal, habisnya nyaris Rp1 juta. Itu bisa dapat kaos, gantungan kunci, dan asbak bergambar gajah," sahut Antok, pengunjung asal Surabaya lainnya.
Di sana, per potong kaos dihargai 200 Baht, namun jika beli tiga potong dihargai 500 Baht. Kemudian, jika beli setengah lusin dihargai 1.000 Baht.
Piyaphat Khankeaw, pemandu wisata asal Thailand, mengakui bahwa selain fasih berbahasa Indonesia, para pedagang Pasar Wat Arun juga menguasai Bahasa Mandarin, Jepang dan Inggris.
"Mereka belajar sendiri dengan baca buku empat bahasa itu. Tentu sebagai strategi pemasaran mereka," ucapnya.
Menurut dia, pemerintah setempat tidak memberi anjuran khusus kepada pedagang Arun untuk belajar bahasa asing, agar bisa melayani pembeli dari wisatawan mancanegara sebaik mungkin.
"Mereka melihat, wisatawan dari empat negara pemilih bahasa itu banyak yang datang. Sayang kalau mereka tidak mengerti bahasa, kemudian gagal proses jual belinya karena miskomunikasi," tuturnya.
Tidak itu saja, para pedagang mempermudah cara berdagang dengan menerima mata uang Rupiah, Yuan, Yen, bahkan Dolar sebagai antisipasi turis yang kehabisan baht.
Namun, Piyaphat Kankeaw menyarankan agar para wisatawan mancanegara yang berbelanja souvenir di Pasar Tradisional Wat Arun ini menggunakan uang Baht, sebab kalau pakai mata uang asing, harganya dipatok kurs lebih mahal.
Mencapai ke Pasar Wat Arun, pengunjung bisa menuju ke sana dengan menyusuri Chao Phraya yang membelah Kota Bangkok, Thailand.
Berlokasi tepat di sisi sungai, pasar tradisional yang tergolong berusia tua di Thailand ini bertetangga dengan Pagoda Wat Arun yang memiliki tinggi mencapai 79 meter dan dibangun pada sekitar abad XVI.
Tempat ini dapat dicapai dari Jalan Arun Amarin di sisi Thonburi atau dengan naik feri dari dermaga Tha Tian, tepat di belakang Grand Palace. (*)
Belanja Berbahasa Indonesia dan Bayar Rupiah di Wat Arun Thailand
Jumat, 17 April 2015 22:11 WIB
