Kabupaten Madiun Kekurangan Alat Deteksi Dini Longsor
Sabtu, 20 Desember 2014 15:26 WIB
Madiun (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun, Jawa Timur, masih kekurangan alat deteksi dini bencana tanah longsor untuk dipasang di wilayah setempat yang dinilai rawan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Madiun, Edy Hariyanto, Sabtu, mengatakan, terdapat 21 desa di lima kecamatan kabupaten setempat yang rawan terdampak bencana alam tanah longsor selama musim hujan berlangsung.
"Pihak BPBD Kabupaten Madiun hanya mengandalkan satu unit alat pendeteksi dini bencana tanah longsor. Jumlah tersebut dinilai tidak cukup karena banyak perkampungan di lereng Gunung Wilis yang berada dalam zona rawan longsor. Seharusnya memiliki lima alat pendeteksi longsor," ujar Edy kepada wartawan.
Satu alat deteksi dini bencana tanah longsor yang ada selama ini dipasang di daerah yang paling rawan terkena bencana longsor. Yakni dipasang di Dusun Tegir, Desa Padas, Kecamatan Dagangan. Dipilih dipasang di daerah itu karena sebelumnya tebing di desa tersebut telah longsor dan mengancam warga.
Alat itu akan berbunyi sirinenya jika retakan tanah semakin meluas dan menyebabkan longsor kembali. Terdapat sedikitnya 54 kepala keluarga di dusun tersebut yang rawan terdampak bencana tanah longsor.
Sementara, untuk mengantisipasi bencana longsor di desa lainnya yang tidak dipasang alat deteksi dini, BPBD setempat intensif memberikan sosialisasi terhadap warga sekitar agar tanggap bencana.
Warga diminta waspada jika hujan deras turun di kawasan sekitar. Perangkat desa setempat juga diimbau selalu melakukan pemantauan jika terjadi longsor atau rekahan tanah.
Data BPBD setempat mencatat, ke-21 desa yang rawan longsor tersebut antara lain, Kecamatan Dagangan (Desa Mendak, Tileng, Padas, Nganget, Segulung, dan Ketandan), Kecamatan Wungu (Desa Kresek), Kecamatan Kare (Desa Bodag, Kare, Randualas, Bolo, Kepel, Cermo).
Kemudian, Kecamatan Gemarang (Desa Winong, Batok, Durenan, Tawangrejo, Gemarang, Nampu), serta Kecamatan Saradan (Desa Sumberbendo dan Klangon). (*)