Tulungagung (Antara Jatim) - Puluhan tokoh masyarakat adat bersama jajaran pejabat Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Jumat menggelar ritual jamasan (memandikan) tombak "Kanjeng Kiai Upas", pusaka peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang menjadi bagian sejarah terbentuknya daerah tersebut. Antara melaporkan, ritual yang rutin digelar setiap Jumat Kliwon, bulan Sura, menurut kalender atau penanggalan Jawa itu berlangsung hidmat dan disaksikan oleh ratusan warga sekitar. Meski tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya, tradisi jamasan tombak pusaka ini tetap dilestarikan oleh masyarakat adat setempat. "Ini tradisi yang sudah turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Tulungagung dalam "nguri-uri" (melestarikan) budaya serta nilai kearifan lokal," kata salah satu panitia, Agung Prawidodo. Sayang, sebagian masyarakat yang mulanya berharap mendapat sisa air jamasan akhirnya harus mengurungkan niat. Begitu prosesi jamasan atau memandikan mata tombak Kanjeng Kiai Upas selesai, panitia langsung menyingkirkan sisa air jamasan ke tempat aman sebelum akhirnya dibuang. Beberapa warga sempat berusaha merangsek ke lokasi pemandian tombak legendaris tersebut, namun pengamanan menggunakan "pagar betis" yang dilakukan belasan abdi kepatihan membuat mereka tak satupun berhasil meraih panci berbahan tanah liat yang berisi air jamasan tersebut. "Wah, kenapa menjadi tidak boleh. Padahal air sisa jamasan selama ini selalu menjadi rebutan warga karena diyakini memiliki kekuatan magis," sesal Sri Utami, salah satu warga dengan nada kecewa. Kekecewaan hampir sama dilontarkan warga lain yang terlanjur berjubel di sekitar lokasi jamasan. Mereka meyakini siapa saja yang berjasil mendapatkan air sisa jamasan lalu meminum atau membasuhkan ke muka akan menjadi awet muda, banyak rezeki, atau sembuh dari penyakit. (*)
Masyarakat Tulungagung Gelar Ritual Jamasan Tombak Kiai Upas
Jumat, 7 November 2014 15:05 WIB
