Soekarwo Santuni Keluarga Siswi Berencana Jual Ginjal
Sabtu, 5 April 2014 13:10 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Gubernur Jawa Timur Soekarwo menyantuni keluarga Nurul Faridatul Hasanah (18), siswi SMA Negeri 3 Surabaya, yang sempat berencana menjual ginjalnya demi membiayai pengobatan ayah, ibu dan adiknya yang tengah menderita sakit.
"Ini murni membantu karena kita semua terenyuh dengan niat Nurul yang mau menjual ginjal demi keluarganya," ujar Soekarwo di sela menjenguk keluarga Nurul di kawasan Bulak Banteng Bandarejo Surabaya didampingi Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Harun, Sabtu.
Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo tersebut mengaku prihatin dengan keadaan dan kondisi keluarga Nurul. Hal ini, kata dia, juga menjadi anomali dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan pemerintah wajib mengurusinya.
"Dengan contoh seperti ini maka BPJS terkoreksi dan dibenahi. Pemerintah juga harus langsung ada solusi dan peduli terhadap permasalahan seperti ini," kata dia.
Nurul adalah putra sulung dari Didik Sutanto. Didik kini sedang menderita stroke beserta Nur Hayati, istrinya, yang menderita kanker rahim.
Adik Nurul, Ayu, juga masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) kini terserang kanker getah bening dan tumbuh benjolan di sekitar lehernya. Adik bungsunya juga sampai saat ini belum sekolah karena menderita authis.
Penderitaan keluarganya tidak cukup sampai disitu. Keluarganya juga dikejar-kejar rentenir karena sudah menunggak hutang hingga puluhan juta rupiah.
Nurul pun menyerah dan tak ada pilihan lain kecuali berencana menjual ginjalnya seharga Rp70 juta untuk menanggung hutang sekaligus membiayai pengobatan keluarganya.
Keinginannya sempat disampaikan kepada teman-teman sebayanya di sekolah. Meski disarankan agar tidak menjual ginjal, perempuan berambut panjang itu tetap ngotot.
"Saya sudah tak tega melihat penderitaan kedua orang tua . Apalagi jika melihat adik saya yang setiap hari mengeluh kesakitan," kata Nurul.
Sebenarnya, kata dia, sepekan lalu sudah ada pihak yang tertarik dan menemuinya membeli ginjalnya. Hanya saja, karena ditawar terlalu murah, akhirnya tidak jadi.
"Semula orang tua tidak tahu, tapi akhirnya tahu dan melarang keras. Tapi saya tidak ada pilihan lain. Ayah juga tidak bisa mengajar lagi sebagai guru karena stroke," katanya.
Sebelum kedatangan Gubernur Jatim, Kepala Dinas Pendidikan Surabaya M. Ikhsan dan Kepala Dinas Kesehatan Surabaya, Febria Rachmanita mendatangi kediaman keluarga Nurul. Pemkot pun bersedia menanggung dan membiayai semua beban keluarganya.
Selanjutnya, Pemprov Jatim akan berkoordinasi dengan Pemkot Surabaya untuk menanggung semua biaya perawatan dan pengobatan ayah, ibu dan adiknya.
Tim dokter dari RSU dr Soetomo juga langsung membawa mereka ke rumah sakit untuk dirawat intensif. Niat Nurul menjual ginjal pun urung dilaksanakan. (*)