KPU Kota Malang Ajari Tuna Netra Mencoblos
Rabu, 26 Maret 2014 19:35 WIB
Malang (Antara Jatim) - Para penyandang tuna netra di Kota Malang, Jawa Timur, diajari mencoblos, meski sampai saat ini model surat suara dengan huruf braille untuk Pemilu Legislatif 2014 masih belum ada kepastian.
"Sampai sekarang kami memang belum mendapatkan surat suara model huruf braille khusus untuk pemilih tuna netra," kata Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Malang Zainuddin, Rabu.
Jumlah penyandang tuna netra yang tercatat dalam daftar pemilih tetap (DPT) di Kota Malang sekitar 300 orang. Penyandang tuna netra tersebut tergabung dalam Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Kota Malang.
Meski sampai saat ini belum ada kepastian soal surat suara braille, lanjut Zainuddin, pihaknya tetap menggelar sosialisasi bagi penyandang tuna netra, karena mereka juga memiliki hak pilih dan harus ditampung aspirasi politiknya jangan sampai kehilangan hak suara.
Ia mengakui sosialisasi bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk tuna netra itu penting, karena surat suara saat Pemilu Legislatif 2014 sangat variatif.
Menyinggung kesulitan yang dihadapi ketika melakukan sosialisasi bagi warga penyandang tuna netra, Zainuddin mengatakan fokus sosialisasi adalah mengenalkan letak posisi partai politik pada surat suara berdasarkan nomor urut.
Dengan adanya sosialisasi tersebut, diharapkan para penyandang tuna netra tidak kebingungan ketika berada di tempat pemungutan suara (TPS).
Mengenai pendampingan bagi penyandang tuna netra saat melakukan pencoblosan, Zainuddin menjelaskan secara aturan diperbolehkan, dengan syarat pendamping adalah orang terdekat, dapat dipercaya serta mampu menjaga kerahasiaan pemilih.
Dari kegiatan sosialisasi tersebut diharapkan mereka bisa menghafal ukuran surat suara, lokasi gambar partai, dan model pelipatan surat suara. "Saya yakin dalam keterbatasannya, mereka mempunyai kelebihan untuk menghafal sesuatu," ujarnya.
Ketua Pertuni Kota Malang Supriyadi mengatakan sosialisasi tersebut mendorong para penyandang tuna netra untuk tidak golput dalam Pemilu mendatang.
"Karena tidak adanya surat suara khusus bagi penyandang tuna netra, kami ingin ada pendamping. Pendamping ini biasanya dari kalangan kerabat dekat, bisa saudara atau anak," ujarnya. (*)