Kediri (Antara Jatim) - Korban erupsi Gunung Kelud (1.730 mdpl) terutama petani di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, berharap perbankan bisa melakukan pemutihan utang. Suprapto, salah seorang warga di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Jumat, mengatakan kondisi saat ini serba tidak menentu. "Para petani banyak yang mengajukan kredit dan harapannya bisa melunasi pascapanen. Tapi, keburu gunungnya erupsi, jadi banyak yang gagal panen," katanya. Ia mengatakan, di Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten Kediri, para petani banyak menanam sayur, buah, serta tanaman perkebunan lainnya. Untuk sayur, ia menyebut sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Tanaman rusak terkena abu vulkanik, sementara untuk tanaman buah seperti nanas, diprediksi masih bisa bertahan. "Daun nanas kering semua, tapi kelihatannya masih bisa bertahan. Kalau cengkih ini, bisa jadi rusak," katanya. Ia mengatakan, modal yang diajukan untuk persiapan tanam juga cukup besar. Untuk lahan sekitar 350 ru, modal yang diajukan sampai Rp50 juta dan itu semua pinjama bank. Pihaknya berharap, ada kebijakan untuk pemutihan bagi warga korban erupsi Gunung Kelud. Sebab, selain harus memikirkan tanaman mereka yang rusak, juga harus memperbaiki rumah, serta kebutuhan lainnya. Erupsi Gunung Kelud berdampak pada semua lini, seperti perekonomian, sosial, pertanian, kesehatan, sampai fisik bangunan. Sebanyak 66 ribu warga di empat kecamatan terpaksa mengungsi akibat erupsi yang terjadi pada Kamis (13/2). Saat ini, status Gunung Kelud turun menjadi siaga pada Kamis (13/2) yang disampaikan langsung Kepala Badan Geologi ESDM Kementrian ESDM Surono. Ia mengatakan, enurunan status itu dilakukan setelah tim Geologi ESDM memantau kondisi Gunung Kelud sejak meletus hingga Rabu (19/2) pukul 24.00 WIB dan tidak lagi ditemukan aktivitas Kelud dan tremor vulkanik. (*)
Korban Kelud Berharap Pemutihan Utang
Jumat, 21 Februari 2014 9:41 WIB