"Philips"-PDSRI Latih Ratusan Tenaga Kesehatan Profesional
Sabtu, 12 Oktober 2013 16:50 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Royal Philips menggandeng Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia (PDSRI) untuk melatih ratusan tenaga kesehatan sebagai upaya peningkatan kualitas layanan dengan menggunakan sejumlah inovasi.
"Kerja sama ini sangat membantu pemberdayaan tenaga kesehatan profesional yang merupakan mitra penting bagi sistem layanan," ujar Direktur Pemasaran Philips, Teguh Purwanto, di Surabaya, Sabtu.
Salah satu alasannya, kata dia, karena di negeri ini masih kekurangan sekitar 30 ribu tenaga profesional, khususnya di bidang kesehatan.
Tidak hanya itu, pelatihan tenaga profesional itu digelar juga untuk menyambut diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang dimulai Januari 2014.
Sementara itu, Kepala Sub Spesialis Head and Neck PDSRI, Prof dr Benny Huwae, menyambut baik kesempatan tersebut. Ia berharap kolaborasi dengan Philips ini mampu menciptakan tenaga kesehatan lebih profesional.
Apalagi, lanjut Benny, sampai sekarang prevalensi kasus yang mengganggu kepala dan leher di Indonesia cukup tinggi dan tidak kalah banyak dengan penyakit sistem syaraf pada otak dan tulang belakang.
"Dalam pelatihan nantinya akan menghadirkan ahli dari dalam maupun luar negeri," katanya.
Selain itu, juga akan dibahas tips penggunaan CT Scan dan MRI untuk kasus-kasus penyakit yang hampir setiap hari muncul itu, seperti
peran radiologi dalam diagnosa fraktur maxillofacial dan pencitraan tumor orbila.
Hanya saja, ia mengaku prihatin karena hingga saat ini layanan kesehatan bagi masyarakat, khususnya pasien miskin belum maksimal. Secara umum, kata dia, biaya kesehatan di Tanah Air juga masih mahal.
Benny juga menyoroti masih banyaknya pasien yang memilih berobat ke luar negeri. Hal tersebut karena masih rendahnya kesadaran menghargai dan mempercayai tenaga kesehatan dalam negeri.
"Ini menjadi bukti kalau biaya berobat ke luar negeri lebih murah dibandingkan dengan di dalam negeri. Apalagi meski sudah ada jaminan kesehatan, tetap biaya tinggi harus ditanggung pasien," kata Benny. (*)