Dishutbun Optimistis Tembakau Bojonegoro Terbeli
Rabu, 25 September 2013 12:16 WIB
Bojonegoro (Antara Jatim) - Dinas Perhutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Bojonegoro, Jatim, optimistis produksi tembakau Virginia Voor Oosgt (VO) dan Jawa seluas 6.641,50 hektare di daerah setempat semuanya bisa terbeli dengan harga yang memadai.
"Justru masih kurang, sebab tanaman tembakau yang tertanam perkiraan produksinya hanya sekitar 6.000 ton kering, tapi kebutuhan pabrikan mencapai 8.726 ton kering," kata Kepala Bidang Usaha Perkebunan Dishutbun Bojonegoro Khoirul Insan, Selasa.
Apalagi, katanya, panen tembakau yang sudah berlangsung secara merata di sejumlah sentra penghasil tembakau Virginia VO dan Jawa pembelinya ada juga para pedagang dari luar daerah, seperti Madura, selain pabrikan PT Djarum Kudus dan Noroyono.
Bahkan, tambahnya, pemkab juga menyalurkan dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBH CHT) sebesar Rp8,050 miliar kepada 116 pengusaha lokal untuk melakukan pembelian tembakau musim panen tahun ini.
"Sesuai kesepakatan dengan pengusaha lokal semua dana pinjaman DBH CHT untuk melakukan pembelian tembakau," jelasnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan tanaman tembakau tertanam untuk Virginia VO seluas 5.954 hektare dan Jawa 687,50 hektare sudah panen secara merata dengan petikan tertinggi daun keempat.
"Tapi ada juga yang baru panen petikan daun pertama atau kedua, tapi sebagian besar sudah panen petiga daun ketiga dan keempat," katanya, menegaskan.
Ia memperkirakan panen tanaman tembakau di daerahnya akan rampung pertengahan Oktober, sehingga masih aman dari hujan.
"Sesuai prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) awal musim hujan jatuh dasarian ketiga Oktober," tuturnya.
Mengenai harga, katanya, tembakau Virginia VO rajangan di PT Djarum Kudus tertinggi
mencapai Rp18.000/kilogram dan tembakau krosok mencapai Rp26.000/kilogram.
"Harga tembakau Virginia VO rajangan dan krosok tergolong normal. Kemungkinan masih bisa naik kalau pabrikan lainnya mulai melakukan pembelian," katanya, menegaskan.
Ia menambahkan PT Gudang Garam selaku pembeli tembakau di wilayahnya sudah dua tahun ini tidak melakukan pembelian tembakau. Dampaknya luas areal tembakau tertanam tahun ini menurun, padahal biasanya bisa mencapai 10.000-12.000 hektare. (*)