"JIAD" Desak Polisi Usut Pelaku Kekerasan di Puger-Jember
Kamis, 12 September 2013 9:01 WIB
Kediri (Antara Jatim) - Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD) Jawa Timur meminta polisi serius mengusut pelaku kekerasan yang terjadi saat pawai karnaval memperingati HUT ke-68 Kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Puger Kulon, Kabupaten Jember.
"Kami meminta aparat kepolisian menunjukkan kewibawaannya dengan mengusut tuntas pelaku kekerasan, serta memberikan rasa aman terhadap seluruh masyarakat Jember," kata Koordinator Presidium JIAD Aan Anshori saat dihubungi, Kamis.
Pihaknya menyesalkan terjadinya kekerasan di Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember yang terjadi pada Rabu (11/9) tersebut. Bahkan, akibat kejadian itu, seorang meninggal dunia bernama. Selain, sejumlah polisi, terdapat warga yang juga terluka.
Selain ada korban jiwa, kekerasan itu mengakibatkan 21 motor dan dua perahu dirusak. Aksi kekerasan tersebut juga mengakibatkan pecahnya kaca serta rusaknya bangunan sekolah di lingkungan Pondok Pesantren Darus Solihin tersebut.
Pihaknya meminta kepada para pihak yang terlibat dalam bentrokan serta para tokoh agama untuk mengedepankan dialog dalam menyelesaikan masalah. Hal itu akan lebih mudah mencari jalan keluar terbaik daripada harus terlibat bentrokan.
Sebelumnya, massa menyerbu Ponpes Darus Solihin yang diasuh Habib Ali di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, dengan membawa benda tumpul dan senjata tajam, pada Rabu siang. Sejumlah bangunan di kompleks pesantren itu rusak karena dibakar dan dilempari massa dengan batu.
Peristiwa itu bermula dari rencana kegiatan karnaval yang dilakukan oleh pengurus Ponpes Darus sholihin sejak sepekan lalu. Polisi sempat meminta panitia kegiatan itu untuk membatalkan atau menunda rencana mereka karena massa di Puger menolak kegiatan karnaval tersebut.
Sekelompok warga ada yang tidak setuju dengan karnaval keliling desa itu. Salah satu pemicunya, sempat terjadinya perselisihan antarkelompok Islam berbeda paham keagamaan tahun lalu jadi alasan di daerah tersebut. Namun, akhirnya panitia pondok tetap melaksanakan kegiatan tersebut, menyelenggarakan karnaval keliling desa.
Saat karnaval itu berlangsung, sekelompok massa mendatangi kompleks Ponpes Darus Solihin yang kondisinya sepi dan hanya dijaga puluhan aparat kepolisian. Mereka melakukan tindakan anarkhis hingga menyebabkan beberapa bangunan masjid, kantor, dan kamar santri rusak, serta puluhan unit motor yang diparkir di kompleks ponpes juga rusak.
Sampai saat ini, puluhan polisi masih berjaga di desa itu, terutama sekitar pondok pesantren. Mereka berjaga, mengantisipasi bentrok susulan yang kemungkinan terjadi di tempat itu. (*)