Perajin Tahu dan Tempe Bojonegoro Kurangi Produksi
Sabtu, 24 Agustus 2013 9:19 WIB
Bojonegoro (Antara Jatim) - Ratusan perajin tahu dan tempe di Bojonegoro, Jatim, mengurangi produksi pembuatan tahu dan tempe menyusul kenaikan harga kedelai impor yang semula berkisar Rp7.400-Rp7.500/kilogram menjadi Rp8.700/kilogram sejak lima hari lalu.
"Perajin tahu dan tempe mulai mengurangi produksi pembuatan tahu dan tempe, ya sejak kedelai naik," kata Ketua Paguyuban Tahu dan Tempe Bojonegoro Arifin, Sabtu.
Ia menjelaskan pengurangan produksi dilakukan sebagai usaha menyesuaikan dengan modal. Ia mencontohkan, dirinya hanya memproduksi tahu dengan bahan kedelai 1,2 kuintal/hari yang biasanya mencapai 2 kuintal/hari.
Begitu pula, katanya, produksi tempenya juga dikurangi hanya dengan bahan kedelai 25 kilogram/hari yang biasanya bisa mencapai 1 kuintal/hari.
"Di Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota ada sekitar 320 perajin tahu dan tempe. Hampir semuanya mengurangi produksinya," katanya, menegaskan.
Namun, menurut dia, para perajin tahu dan tempe yang menjadi anggotanya di Desa Ledokkulon itu tidak ada yang mengurangi porsi penjualan tahu dan tempe ke konsumen, karena takut diprotes.
"Terutama konsumen tahu. Porsinya berkurang sedikit saja mereka tidak mau membeli," ujarnya.
Ia mengharapkan Pemerintah turun tangan dengan memberikan subsidi dalam membeli kedelai kepada perajin tahu dan tempe paling tidak Rp1.000/kilogram seperti yang pernah dilakukan beberapa tahun lalu.
"Kalau tidak ada subsidi kedelai besar kemungkinan perajin tahu dan tempe tidak akan mampu bertahan berproduksi," tandasnya.
Sementara itu, seorang perajin tempe di Desa Sukorejo, Kecamatan Kota Bojonegoro Muawanah mengaku lebih memilih mengurangi porsi penjualan tempe produksinya ke konsumen.
Alasannya, katanya, dirinya sudah memiliki pelanggan tetap yang fanatik, sehingga ketika datang membeli diberi tahu kalau harga kedelai naik.
"Usaha mengurangi porsi penjualan agar keuntungan tidak berkurang. Rata-rata pembeli tidak ada yang protes," jelasnya. (*)