Koperasi "Lembu Seto" Bojonegoro Berencana Gandeng Investor
Rabu, 12 Juni 2013 10:03 WIB
Bojonegoro (Antara Jatim) - Koperasi "Lembu Seto" di Desa Napis, Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro, Jatim, berencana menggandeng investor untuk mengembangkan sapi lokal jenis "ongole" di desa setempat sebagai usaha mempertahankan populasi sapi lokal.
Ketua Koperasi "Lembu Seto" Desa Napis, Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro Agus Purnomo, Rabu, mengatakan, pengembangan sapi lokal jenis "Ongole" dengan menarik investor akan dilakukan dengan menawarkan kepada Bank Indonesia Surabaya.
Pengajuan itu, katanya, ditawarkan karena Bank Indonesia Surabaya yang merintis berdirinya Koperasi "Lembu Seto" di desa setempat pada 2010.
"Sudah ada investor sapi, tapi baru sebatas dari sejumlah karyawan Bank Indonesia Surabaya belum mencakup sapi dengan jumlah banyak," jelas dia yang didampingi sekretarisnya Gunawan dan manajer kandang Budi Kartono.
Menurut dia, gagasan menarik investor untuk mengembangkan sapi lokal jenis "ongole" sebagai usaha mempercepat peningkatan populasi sapi jenis "ongole" di desa setempat. Sebab, desa setempat dijadikan percontohan pengembangan sapi jenis "ongole" kerja sama Bank Indonesia Surabaya dan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.
Selain itu, lanjutnya, Desa Napis memiliki populasi sapi lokal jenis "ongole" dengan jumlah mencapai 3.000 ekor dengan kepemilikan hampir semua warga di desa setempat memiliki 1 sampai 3 ekor sapi/keluarga.
"Kami saat ini juga menerima pesanan untuk memasok 10 ekor sapi/hari keluar daerah, tapi kesulitan memenuhi, sebab harus bersaing dengan pedagang sapi yang langsung datang kewarga,"ungkapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan anggota Koperasi "Lembu Seto" yang jumlahnya 101 peternak sudah pernah memperoleh pelatihan manajemen, cara membuat pakan ternak, juga pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk dari Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.
Pada awal berdiri, jelas dia, koperasi memperoleh bantuan lima ekor sapi pejantan jenis "ongole", juga bantuan lainnya berupa kandang dan kendaraan roda empat.
Lima ekor sapi pejantan itu, katanya, tidak dijadikan dalam satu kandang, akan tetapi disebar ke sejumlah dusun di desa setempat dengan tujuan agar dikawinkan secara alami dengan sapi betina milik warga. Koperasi menarik biaya kepada warga pemilik sapi betina Rp20 ribu/sekali perkawinan.
"Rata-rata satu ekor sapi jantan yang ada mampu membuahi 50-70 ekor sapi betina/tahun dengan tingkat keberhasilan melahirkan 99 persen," tuturnya.
Oleh karena itu, ia optimistis kehadiran investor sapi di desa setempat akan semakin mempercepat peningkatan populasi sapi lokal jenis "ongole" sebagai usaha mempertahankan populasi sapi lokal secara nasional, sekaligus sebagai penyedia daging sapi.
"Yang jelas sapi lokal jenis "ongole" diminati masyarakat terutama pada Hari Raya Idul Kurban," ucapnya. (*)