BBS: Pembangunan Pabrik Gas di Bojonegoro Tertunda
Sabtu, 1 Juni 2013 15:05 WIB
Bojonegoro (Antara Jatim) - Direktur PT Bangkit Bangun Sarana (BBS), BUMD Pemkab Bojonegoro, Jatim, Deddy Affidick menyatakan pembangunan pabrik gas yang akan mengolah gas bawaan sumur minyak Sukowati tertunda disebabkan keterlambatan memperoleh bank garansi.
"Proses pencairan uang muka Rp3,5 miliar sebagai jaminan uang muka pembelian gas dari bank berjalan lambat, sebab bank harus memperhitungkan waktu pasokan gas yang bisa diperoleh pabrik gas dari sumur minyak Sukowati," katanya, Sabtu.
Perhitungan bank, lanjutnya, pasokan gas sumur minyak Sukowati kemungkinan tidak akan lama, tapi pabrik gas yang akan berdiri itu juga akan mengolah gas lapangan Jambaran Blok Cepu.
"Permasalahan pasokan gas itulah yang menjadikan pendirian pabrik gas tidak bisa berjalan lancar," katanya, menegaskan.
Ia menjelaskan pihaknya dengan konsorsium PT PT Inter Media Energy-PT Niaga Gema Teknologi Jakarta selaku penyandang dana pembangunan pabrik gas sudah memberikan uang muka pembelian gas sebesar Rp3,5 miliar/triwulan pertama tahun ini kepada JOB PPEJ.
"Sesuai perjanjian uang muka pembelian gas Rp3,5 miliar hanggus, sebab pabrik gas belum bisa direalisasikan Maret lalu," ujarnya.
Meski demikian, katanya, PT BBS tidak merugi, sebab uang muka ditanggung PT Inter Media Energy-PT Niaga Gema, bahkan pihaknya masih memperoleh pemasukan sebesar Rp13 miliar dari PT Inter Media Energy-PT Niaga Gema.
. "Sesuai perjanjian selama pabrik gas belum beroperasional PT BBS memperoleh pendapatan sebesar Rp13 miliar/tahun," paparnya.
Menjawab pertanyaan, Deddy masih belum bisa menyebutkan kapan pembangunan pabrik gas bisa direalisasikan, sebab pihaknya dengan mitra kerjanya harus kembali menyetorkan uang muka pembelian gas sebesar Rp3,5 miliar untuk triwulan kedua kepada JOB PPEJ.
"Kita belum tahu kapan pabrik gas bisa mulai beroperasional," ujarnya.
Yang jelas, katanya, lokasi pabrik gas di Desa Campurejo, Kecamatan Kota seluas 3,5 hektare sudah diuruk, bahkan pengepakan peralatan pabrik gas sudah dikerjakan di luar negeri.
"Kita juga terus berusaha mencari pembeli gas," jelasnya.
Sesuai rencana, pabrik gas yang diperkirakan pembangunannya menelan biaya Rp350 miliar akan mengolah gas bawaan sumur minyak Sukowati menjadi kondesat atau gas bersih, LPG dan yang lainnya. (*)