BPS : ITK Triwulan II Jatim Lebih Baik
Jumat, 10 Mei 2013 13:32 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Irlan Indrocahyo mengemukakan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan II tahun ini di Jatim perkirakan mencapai 107,96 atau lebih baik dibandingkan ITK triwulan I/2013 sebesar 105,50.
Akan tetapi, kata Irlan yang dihubungi dari Surabaya, Jumat, upaya pemerintah untuk menaikkan harga BBM baik opsi satu maupun dua harga bisa menghantui ketidakstabilan perekonomian di Tanah Air contohnya terhadap harga aneka barang dan jasa.
"Hal tersebut berkaitan dengan pengurangan subsidi BBM untuk meminimalkan beban anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN)," ujarnya.
Ia menyatakan, kebijakan kenaikan harga BBM siap diberlakukan pemerintah dengan opsi pertama yaitu kebijakan dua harga BBM atau yang sebagian mendapat subsidi penuh sedangkan lainnya disubsidi sebagian.
"Opsi kedua, menaikkan harga BBM dengan satu harga," katanya.
Jika hal itu terjadi, menurut dia, indeks rencana pembelian barang tahan lama yang diprediksi sebesar 105,26 mampu di posisi lebih kecil dibandingkan proyeksi tersebut.
"Kami harap, makro ekonomi pada triwulan II mendatang tetap berjalan lebih dinamis dan sesuai dengan keinginan masyarakat Jatim," katanya.
Pada komponen ITK triulan II/2012, sebut dia, indeks komponen pendapatan rumah tangga diperkirakan sebesar 109,46 mengingat masyarakat Jatim memiliki keoptimisan besar terhadap kenaikan pendapatan pada periode itu.
"Kalau dibandingkan nasional, tingkat optimisme konsumen Jatim pada triwulan I/2013 lebih baik. ITK nasional pada triwulan I/2013 mencapai 104,70 sedangkan estimasi ITK nasional triwulan II/2013 sebesar 108,82," katanya.
Dari enam provinsi di Pulau Jawa, lanjut dia, pada triwula I/2013 Jatim menempati posisi keempat setelah Banten (108,34), DKI Jakarta (108,32), dan DI Yogyakarta (106,13). Meski pada beberapa triwulan terakhir persepsi tingkat optimisme konsumen Jatim lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya di Jawa, dari sisi makro ekonomi maka perekonomian Jatim lebih stabil.
"Apalagi, selama ini masyarakat Jatim menyikapi persepsi tingkat optimisme konsumen justru lebih hati-hati dibandingkan masyarakat provinsi lainnya di Pulau Jawa," katanya.(*)