IPERINDO: Indonesia Kekurangan SDM Pengelasan Kapal
Jumat, 15 Maret 2013 19:41 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Ikatan Perusahaan Industri Kapal Indonesia (IPERINDO) menyatakan sumber daya manusia (SDM) di bidang pengelasan masih minim atau kekurangan, karena jumlahnya tidak sebanding dengan kian meningkatnya permintaan pembangunan kapal di Tanah Air.
"Selain jumlah, kompetensi SDM khususnya tenaga pengelasan juga wajib ditingkatkan," kata Ketua Umum IPERINDO, Tjahjono Roesdianto, ditemui usai Penandatanganan Nota Kesepahanan (MoU) antara Kemenperin, PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) dan IPERINDO tentang Peningkatan Kompetensi dan Sertifikasi SDM Galangan Kapal, di PT PAL (Persero), di Surabaya, Jumat sore.
Menurut dia, minimnya tenaga pengelasan kapal di Indonesia sudah sering dipublikasikan oleh seluruh anggotanya. Apalagi, saat ini banyak proyek besar di pasar nasional khususnya pembangunan kapal dari berbagai perusahaan.
"Akan tetapi, lagi-lagi tenaga pengelasannya kurang," ujarnya.
Sementara itu, jelas dia, akibat adanya penerapan Azas Cabotage maka pembangunan kapal di Indonesia semakin bertambah. Bahkan, mampu mencapai 12.200 unit kapal hingga tahun lalu.
"Oleh karena itu, kami optimistis melalui penandatanganan nota kesepahaman tersebut tenaga pengelasan kapal dapat mengikuti pelatihan yang meningkatkan kompetensinya," katanya.
Setelah mengikuti pelatihan pengelasan, tambah dia, setiap tenaga pengelasan akan dikembalikan ke masing-masing galangannya.
"Dengan demikian, tenaga pengelasan itu mampu membantu pemerintah merealisasi permintaan pembangunan kapal di Tanah Air," katanya.
Mengenai jumlah ideal tenaga pengelasan kapal, ia menyatakan, ada baiknya bisa mencapai 100 orang untuk setiap galangan kapal. Namun, kini untuk galangan kapal kelas menengah hanya mencapai sekitar 50 orang per galangan.
"Kalau ada 250 galangan di Indonesia, total tenaga pengelasan yang dibutuhkan bisa mencapai sekitar 12.500 orang," katanya.
Jika kebutuhan tenaga pengelasan masih kurang, lanjut dia, perusahaan galangan kapal bisa dipastikan mengambil tenaga alih daya. Akan tetapi, yang dikhawatirkan dari tenaga alih daya adalah integritas mereta.
"Apabila ada tawaran bagus, tenaga pengelasan alih daya justru lebih memilih beralih," katanya.
Terkait instruktur dalam pelatihan pengelasan, imbuh dia, akan didatangkan dari perusahaan galangan kapal sendiri, Biro Klasifikasi Indonesia, dan asosiasi pengelasan Indonesia. Pelatihan itu harusnya dilakukan sepanjang tahun.
"Jangan berhenti karena kebutuhan besar dan periode sertifikasi pendek mengingat paling tidak kalau tidak tambah tenaga ya 'skill up'," katanya.(*)