Lamongan (ANTARA) - Rumah Sakit dan Klinik Mata KMU meluncurkan layanan inovatif Myopia Control sebagai upaya menekan peningkatan kasus mata minus, terutama pada anak-anak.
Dokter Spesialis Mata RS dan Klinik Mata KMU, dr. Ria Sandy Deneska, SpM(K) mengatakan, data penelitian “Global Prevalence of Myopia and High Myopia” menunjukkan sekitar 28 persen populasi dunia mengalami myopia pada 2010, dan diprediksi meningkat menjadi 50 persen pada 2050.
“Artinya, jutaan orang berisiko mengalami high myopia yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan serius di masa depan,” katanya di Lamongan, Jawa Timur, Minggu.
Ia menjelaskan, peningkatan kasus tersebut juga mulai tampak pada anak usia sekolah, akibat dari kebiasaan menatap gawai terlalu lama, kurang aktivitas luar ruangan, dan jarak baca yang terlalu dekat.
Konsultan Layanan Myopia Control RS tersebut menambahkan, melalui layanan tersebut, pasien akan mendapatkan pemeriksaan secara komprehensif untuk menentukan terapi sesuai kebutuhan.
Terapi tersebut mulai dari penggunaan lensa kontak khusus seperti Ortho-K (Orthokeratology) dan Rigid Gas Permeable, kacamata defocus, tetes mata atropine dosis rendah, hingga tindakan medis lanjutan bila diperlukan.
"Pemilihan terapi maupun tindakan ini akan ditentukan berdasar hasil pemeriksaan dan diagnosa dokter, jadi akan ada pilihan terbaik untuk menekan pertumbuhan myopia pada anak melalui Myopia Control ini," tambahnya.
Kepala Divisi Pemasaran Rumah Sakit dan Klinik Mata Klinik Mata Utama, Dian Heri Setiawan, menambahkan layanan tersebut sudah tersedia di seluruh cabang Klinik Mata Utama, antara lain di Lamongan, Gresik, Sidoarjo, Bangkalan, dan Trenggalek.
“Kami berharap layanan ini dapat membantu orang tua memantau kesehatan mata anak sejak dini agar pertumbuhan minus dapat dikendalikan dan penglihatan anak tetap optimal,” katanya.
Pada peluncuran layanan tersebut juga diramaikan dengan kegiatan lomba mewarnai, edukasi kesehatan mata anak, serta pemeriksaan mata gratis bagi anak dan orang tua.
Dari hasil pemeriksaan, sejumlah anak terdeteksi mengalami kelainan refraksi atau myopia dan baru diketahui oleh orang tuanya.
Salah satu orang tua asal Lamongan, Dwi, mengaku bersyukur mendapat kesempatan pemeriksaan mata gratis karena menyadarkan pentingnya deteksi dini.
“Pemeriksaan sejak dini penting untuk memantau kesehatan mata anak agar segera mendapat penanganan,” katanya.
