Sedimentasi Waduk Sutami Capai 50 Persen Lebih
Jumat, 9 November 2012 17:05 WIB
Malang - Tingkat sedimentasi Waduk Sutami yang berlokasi di Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, saat ini mencapai 50 persen lebih dari kapasitas efektif.
Menurut Kepala Biro Pengelolaan Data dan Lingkungan Perum Jasa Tirta I Malang Vonny C Setiawati, Jumat, berbagai upaya terus dilakukan untuk memperpanjang umur dan memperlambat arus sedimentasi di waduk, salah satunya melakukan pengerukan secara rutin.
"Jika sedimentasi waduk ini tidak segera diatasi dan dicarikan solusinya, tidak hanya mengakibatkan terganggunya daya tampung efektif waduk, tapi juga mengancam pertumbuhan ekonomi masyarakat di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Jatim," katanya.
Ia mengemukakan, proses pengerukan sedimentasi tersebut tidak hanya dilakukan di Waduk Sutami, tapi juga di waduk-waduk lain yang dikelola Perum Jasa Tirta I, seperti Waduk Sengguruh, Lahor, Wlingi, Selorejo serta Lodoyo dan Wonogiri.
Sedimentasi di Waduk Sutami rata-rata mencapai 4 sampai 5 juta meter kubik per tahun. Sedimentasi disebabkan oleh alih fungsi hutan di huluDAS Brantas menjadi lahan pertanian, deforestasi serta degradasi lahan.
Alih fungsi lahan dan deforestasi tersebut banyak ditemukan di wilayah Kota Batu serta sejumlah kawasan hutan di wilayah Kabupaten Malang.
Daya tampung efektif Waduk Sutami pada awalnya (sejak diresmikan tahun 1972) mencapai 343 juta meter kubik, kemudian menyusut menjadi 253 juta meter kubik pada tahun 1977. Tahun 2009 susut lagi menjadi 165,45 juta meter kubik dan tahun 2011 hanya tinggal 145 juta meter kubik.
Menyinggung hujan buatan yang dimulai 23 Oktober lalu hasil kerja sama dengan Badan Pengkajian Pengembangan Teknologi (BPPT), Vonny mengaku, masih belum maksimal, sehingga tetap dilanjutkan hingga pola operasi waduk kembali normal atau mencapai 272 meter.
"Kami terus mengupayakan air muka waduk tidak lebih rendah dari 260 meter dengan memaksimalkan hujan buatan ini. Sebab, jika elevasi terus menurun akan berpotensi pada majunya lidah sedimen menuju 'bottom outlet'," tegasnya.(*)