Lamongan (ANTARA) - Kepala SPPG Jetis, Lamongan Ainun Nadifah Fajrin memastikan hasil uji Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM) Surabaya menyatakan kasus dugaan keracunan belasan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 bukan berasal dari menu program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Hasil laboratorium dari sampel makanan, sisa makanan dari sekolah, hingga muntahan siswa semuanya negatif. Tidak ada keterkaitan dengan menu MBG hari itu," ujarnya saat dikonfirmasi di Lamongan, Jawa Timur, Jumat.
Ia menjelaskan pengujian dilakukan terhadap sejumlah jenis makanan yang dikonsumsi siswa mulai dari nasi putih, telur rebus, ayam suwir, cakue, hingga soto termasuk sampel muntahan siswa yang dirawat.
Berdasarkan hasil uji laboratorium, penyebab pasti gejala pusing, mual, dan muntah yang dialami belasan siswa di wilayah setempat tidak dapat dikaitkan langsung dengan menu MBG.
Sebelumnya, belasan siswi SMAN 2 Lamongan dilaporkan mengalami gejala keracunan makanan usai mengikuti kegiatan belajar pada Rabu (17/9) lalu.
Mereka sempat mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Islam (RSI) Nashrul Ummah Lamongan, sebagian rawat jalan dan sebagian lainnya harus dirawat inap.
Pihak rumah sakit saat itu menyatakan seluruh siswa yang dirawat saat ini sudah berangsur membaik dan sebagian sudah pulang setelah mendapat penanganan medis.
Bupati Lamongan Yuhronur Efendi yang juga sempat menjenguk kondisi belasan siswa saat itu meminta masyarakat agar menunggu hasil laboratorium terhadap sampel makanan maupun pasien untuk mengetahui penyebab pasti.
Meski demikian, pemerintah daerah memastikan akan tetap melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program MBG, termasuk komposisi menu sebagai antisipasi dan langkah pencegahan agar di wilayahnya tidak terjadi peristiwa keracunan dari program tersebut.
