Sidoarjo, Jawa Timur (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan bahwa rata-rata penjangkauan beras medium jenis Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) berada di angka 14 persen.
Hal tersebut, menurut Khofifah, lebih tinggi dibandingkan rata-rata penjangkauan beras tingkat provinsi yang berada di angka 12 persen.
"Kami sangat mengapresiasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo yang mampu meningkatkan rata-rata penjangkauan," kata Khofifah usai dirinya meninjau pasar murah yang dikelola Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim di Kecamatan Gedangan, Sidoarjo, Rabu.
Menurutnya, tingginya rata-rata penjangkauan itu berhasil dilakukan dengan adanya sinergi yang baik dari berbagai lini sesuai arahan Bupati Sidoarjo Subandi yang juga turut hadir dalam kegiatan tersebut.
Ia menilai upaya yang dilakukan Pemkab Sidoarjo melalui camat, TNI di tingkat Komando Rayon Militer (Koramil), serta polisi di tingkat Kepolisian Sektor (Polsek) menunjukkan keseriusan seluruh lini dalam menjamin keterjangkauan beras medium SPHP dan bahan pokok lain bagi masyarakat khususnya kelas menengah ke bawah.
Dalam pasar murah di Kecamatan Gedangan kali ini, Khofifah menyatakan pihaknya menjual beras medium SPHP dengan harga Rp11.000 per kilogram atau Rp55.000 per kemasan lima kilogram.
Harga yang ditawarkan tersebut lebih murah dari Harga Eceran Tertinggi yang ditetapkan Badan pangan Nasional (Bapanas) pada 22 Agustus lalu yakni untuk beras medium HET di angka Rp13.500 per kilogram sedangkan beras medium SPHP di angka Rp12.500 per kilogram.
Selain beras pihaknya juga menjual bahan pokok lain seperti gula pasir dari ID Food dengan harga Rp14.000 per kilogram, lebih murah dari HET sebesar Rp17.500 per kilogram.
Sementara minyak goreng Minyakita dijual dengan harga Rp13.000 per liter, lebih murah dari HET sebesar Rp16.000 per liter, serta telur ayam ras juga dijual dengan harga murah yakni Rp22.000 per kilogram, jauh di bahwa HET di angka Rp27.000 per kilogram.
Ia berharap melalui program pasar murah ini dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan pokok sesuai kapasitas fiskal masyarakat di lini paling bawah.
"Pasar murah ini harus dijual lebih murah dari HET di pasar tradisional dan pasar modern. Selain itu lokasinya juga harus jauh dari pasar agar memudahkan masyarakat menjangkau kebutuhan pokok tersebut," kata Khofifah.
