Lamongan (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan menangani lima kasus campak sepanjang 2025, tiga di antaranya merupakan kasus impor dari luar kota dan seluruh pasien sudah tertangani dengan baik.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan dr. Mafidhatul Laely, MH saat dikonfirmasi di Lamongan, Jawa Timur, Selasa, mengatakan kasus impor itu terjadi karena pasien sebelumnya bepergian keluar daerah.
"Pasien mendampingi keluarga opname di RSUD Dr Soetomo Surabaya dan di rumah sakit di Pasuruan," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa tidak ada penularan masif di Lamongan. Sebagai antisipasi, Dinkes melakukan pemantauan epidemiologi, sosialisasi pentingnya imunisasi rutin lengkap, dan pemantauan kondisi pasien melalui puskesmas.
"Alhamdulillah semua pasien sudah tertangani dengan baik. Ini juga menjadi edukasi bagi masyarakat bahwa imunisasi adalah benteng utama untuk melindungi anak dari campak," jelasnya.
Menurut dia, gejala campak ditandai demam, ruam merah pada kulit, batuk, pilek, dan mata merah.
"Segera periksa ke fasilitas kesehatan terdekat jika muncul gejala tersebut," tuturnya.
Ia menambahkan pihaknya terus meningkatkan kewaspadaan terutama di pintu masuk wilayah Lamongan.
"Pencegahan melalui imunisasi dan deteksi dini menjadi kunci menekan risiko penyebaran," tambahnya.
Sebagai informasi, Pemerintah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, menggelar imunisasi massal pada Agustus 2025 setelah menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di wilayahnya.
Menyikapi hal itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendorong seluruh daerah memperkuat cakupan imunisasi dasar lengkap agar kasus serupa tidak meluas dan anak-anak tetap terlindungi.
