Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-B Tulungagung, Jawa Timur, terus mengoptimalkan fungsi pembinaan melalui dua program utama, yakni kegiatan kepribadian dan kemandirian ke warga binaan pemasyarakatan atau WBP.
Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II-B Tulungagung Ma’ruf Prasetyo Hadianto di Tulungagung, Jumat, mengatakan kegiatan kepribadian mencakup pelatihan kesenian jaranan sentherewe, kepramukaan, dan pembinaan keagamaan yang telah meraih sejumlah prestasi.
Dalam pelaksanaannya, Lapas bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kwartir Cabang Pramuka Tulungagung. Sementara untuk kegiatan kemandirian difokuskan pada pembekalan keterampilan ekonomi dan produksi barang.
Lapas Tulungagung menggandeng Balai Latihan Kerja (BLK) Singosari, Malang, serta mitra lain dengan jenis pelatihan meliputi pertanian, peternakan, kerajinan marmer, pembuatan keset, pembuatan celemek, dan usaha lain.
"Keset dari serabut kelapa yang kami buat bahkan digunakan Balai Peternakan Malang untuk alas sapi saat proses pengambilan benih. Kerajinan marmer sudah dipesan Ditjen Pemasyarakatan berupa plakat nama dan asbak. Untuk celemek, kami memproduksi 450 unit untuk program Makan Bergizi Gratis," ujar Ma’ruf.
Dalam program ini, sejumlah 115 orang warga binaan mengikuti pelatihan kemandirian, sementara lebih dari 200 orang warga binaan terlibat dalam kegiatan kepribadian dari total 711 orang warga binaan di Lapas Tulungagung.
Ma’ruf mengatakan tujuan kegiatan itu untuk memulihkan hubungan hidup, kehidupan, dan penghidupan peserta program.
Untuk mendukung ketahanan pangan, Lapas Tulungagung juga mengembangkan peternakan ikan lele dengan sistem bioflok. Ada lima kolam yang tersedia dan setiap kolam mampu menampung 5 ribu hingga 6 ribu ekor ikan lele.
Selain itu, ada pula 30 ekor kambing bantuan Mayangkara Grup yang diberi pakan dari sisa sayur dan pakan fermentasi.
Ma’ruf menambahkan warga binaan yang terlibat dalam produksi memperoleh premi sebesar 40 persen dari laba penjualan produk. Rata-rata mereka dapat menerima penghasilan Rp500 ribu–Rp700 ribu per bulan.
"Kami ingin warga binaan memiliki bekal keterampilan dan semangat mandiri sehingga setelah bebas nanti mereka siap berintegrasi kembali ke masyarakat," ujarnya.
