LSM Jatim Minta Ulama-Ulama Pusat ke Sampang
Senin, 27 Agustus 2012 14:03 WIB
Surabaya - Sebanyak 24 lembaga swadaya masyarakat di Jatim yang tergabung dalam Solidaritas untuk Anti-Kekerasan pada Jamaah Syiah Sampang (SAKJSS) meminta ulama-ulama di tingkat pusat untuk turun ke Sampang, karena bentrok terjadi akibat Syiah dianggap sesat.
"Ulama-ulama dan para tokoh agama di tingkat pusat hendaknya turun ke Sampang, karena dua kali kerusuhan di sana merupakan akibat dari pandangan bahwa Syiah itu sesat," kata Direktur LBH Surabaya Faiq Assiddiqi bersama puluhan pimpinan LSM di Kantor LBH Surabaya, Senin.
Ia mengemukakan pada pernyataan sikap puluhan LSM di Jatim, di antaranya CMARs, GKI Sinode Jatim, PusHAM Unair, JIAD Jatim, Gus Durian Jatim, KPI Jatim, Sapulidi Surabaya, PMII Jatim, KSGK, KPPD Surabaya, HIMASA, Budhist Education Center Surabaya, Komisi HAK Keuskupan Surabaya, Kontras, DBUKU Bibliopolis, dan lainnya.
Dalam kesempatan itu, puluhan pegiat/aktivis LSM di Jatim itu tidak hanya membahas penanganan konflik, tapi juga penanganan korban, karena itu mereka juga membuka posko penggalangan bantuan bagi korban kemanusiaan Sampang di Jalan Wolter Monginsidi 5, Surabaya.
"Untuk penanganan konflik, kami berharap Kapolri untuk tegas dalam menangani pelanggaran hukum yang terjadi, karena aparat kepolisian bersama aparat pemerintah di tingkat lokal sangat bias dalam menangani perbedaan keyakinan itu, sehingga konflik pada 30 Desember 2011 terulang pada 26 Agustus 2012," tukasnya.
Oleh karena itu, para aktivis LSM di Jatim itu mengimbau para tokoh agama, Polri, dan pemerintah di tingkat pusat untuk turun ke Sampang, terutama para ulama dari MUI, PBNU, dan PP Muhammadiyah, sebab pandangan bahwa Syiah itu sesat perlu diluruskan.
"Pimpinan Syiah Ustaz Tajul Muluk sendiri diadili dalam insiden pada 30 Desember 2011 juga bukan karena keyakinannya terkait Syiah, melainkan dia diduga menyebarkan Al Quran yang berbeda dengan masyarakat setempat. Proses hukumnya sudah berjalan, tapi tidak ada pengawalan hingga terjadi insiden lagi," ucapnya.
SAKJSS juga menuntut Polri menghentikan penyerangan lagi dan menyelamatkan korban, sebab hingga kini masih banyak anggota komunitas Syiah yang tidak diketahui keberadaannya, serta menegakkan hukum secara proporsional untuk penyerang, pembakar, dan pembunuh tanpa peduli tekanan massa.
"Kami juga menuntut negara melakukan upaya pemulihan kepada korban, baik fisik, psikologis, dan keadilan. Kami juga mengimbau masyarakat untuk mencukupi kebutuhan korban secara layakn dan memberi bantuan kemanusiaan kepada korban," ujarnya.
Hingga Minggu (26/8) malam, tercatat 80 rumah jamaah Syiah dibakar dan 176 jamaah Syiah telah dievakuasi ke GOR Sampang. Ke-176 orang itu terdiri dari 51 laki-laki, 56 perempuan, 36 anak-anak, sembilan balita, dan tiga lanjut usia, serta empat orang masih di RSUD Sampang.(*)