Surabaya (ANTARA) - Kader PDI Perjuangan Surabaya Achmad Hidayat menilai kepemimpinan Plt. Ketua DPC PDIP Surabaya Yordan Batara Gowa diduga menyimpang dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai.
"Sebagai kader, saya berkewajiban menyampaikan sikap politik yang berlandaskan AD/ART. Salah satu kewajiban partai adalah memberikan perlindungan kepada kader. Namun kenyataannya, justru muncul praktik-praktik yang mencederai hal itu," ujarnya saat temu media di Kantor DPC PDIP Surabaya, Rabu.
Ia menuturkan langkah yang dilakukan oleh Plt. DPC PDI-P setelah pembebastugasan Adi Sutarwijono dan dirinya sebagai pengurus partai justru diwarnai dengan kegaduhan publik termasuk munculnya pemberitaan internal partai seperti persoalan rahang babi dan gaji sekretariat yang seharusnya tidak diumbar.
Ia menyebutkan proses klarifikasi terhadap kader-kader partai yang memiliki sikap politik berbeda dinilai menyalahi kewenangan DPC.
"DPC ini seperti kantor polisi, memanggil kader untuk diinterogasi. Padahal yang berhak membentuk komite etik dan Mahkamah Partai adalah DPP,” tegasnya.
Achmad juga menyinggung lemahnya konsolidasi internal partai dan mengaku telah mengumpulkan sejumlah bukti seperti rekaman, video serta percakapan yang menunjukkan adanya upaya memojokkan kader melalui pelaporan ke kepolisian.
"Yang memotori itu justru oknum pengurus DPC sendiri. Bahkan ada yang menyarankan kader melapor atas persoalan pribadi ke kantor partai dan diumumkan secara terbuka. Ini sudah mengarah pada kriminalisasi kader," katanya.
Ia menjelaskan akar dari konflik di tubuh PDIP Surabaya ini bermula saat dirinya menolak ajakan salah satu tokoh eksekutif kota untuk mendukung pencalonannya dalam konfercab yang kemudian diikuti dengan ancaman membuka masalah pribadinya.
"Kalau saya salah, saya siap bertanggung jawab. Tapi jangan benturkan kader dengan sesama kader hanya karena ambisi kekuasaan. Ini bukan semangat gotong-royong," katanya.
Ia menyatakan semua bukti akan diserahkan kepada DPP PDIP dan berharap bisa langsung menyampaikan kepada Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri.
"Rasanya seperti ingin mati kalau tidak bisa cerita langsung ke Bu Mega," tuturnya.