Lumajang, Jawa Timur (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak warga di Kabupaten Lumajang untuk mengubah sampah menjadi rupiah dan berkah dengan teknologi sederhana berkonsep mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse), dan daur ulang (recycle).
"Sampah rumah tangga masih mendominasi komposisi sampah nasional pada tahun 2024 dan menurut data Sistem Informasi pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup tercatat Indonesia menghasilkan sekitar 33,79 juta ton timbunan sampah sepanjang 2024," kata Khofifah dalam keterangan tertulis yang diterima di Lumajang, Selasa.
Menurut dia, volume tersebut turun 21,83 persen dibandingkan tahun 2023 yang tercatat mencapai 43,23 juta ton sampah dan menjadi tertinggi selama 6 tahun terakhir.
"Kami sudah meresmikan dua tempat pengelolaan sampah dengan konsep reduce, reuse, dan recycle (3R) di Desa Purworejo dan Desa Burno, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang," tuturnya.
Tempat Pengelolaan Sampah 3R itu berfungsi untuk melayani suatu kelompok masyarakat (termasuk di kawasan masyarakat berpenghasilan rendah) yang terdiri dari minimal 400 rumah atau kepala keluarga bertempat di dua desa tersebut.
"Kedua Tempat Pengelolaan Sampah 3R itu dilengkapi dengan teknologi sederhana, namun tepat guna. Biaya pengadaan, biaya operasional dan pemeliharaannya juga sangat murah, sehingga masyarakat umum dapat dengan mudah mengoperasikan," katanya.
Melalui pengolahan sampah dengan pola 3R diharapkan peran serta masyarakat di dalam pengolahan sampah terutama yang dihasilkan skala rumah tangga semakin meningkat sehingga mampu mengurangi timbunan sampah secara signifikan.
"Khusus sampah organik yang berasal dari sisa makanan dan sayuran dapat dimanfaatkan untuk budidaya maggot yang merupakan larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF) untuk pakan ayam dan ikan," ujarnya.
Khofifah mengatakan masyarakat dapat memanfaatkan maggot sebagai sumber pakan ayam dan ikan serta kompos atau pupuk organik utama yang tidak berbau. Selain lebih ramah lingkungan dan ekonomis, penggunaan kompos menjadi upaya dalam mengkonversi penggunaan pupuk kimia ke pupuk organik.
"Tidak ada alasan lagi bagi masyarakat untuk tidak memanfaatkan semaksimal mungkin keberadaan Tempat Pengelolaan Sampah 3R karena hal itu merupakan salah satu solusi inovatif dan berkelanjutan untuk pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga/komunitas," katanya.
Dengan mengadopsi prinsip 3R, TPS 3R membantu mengurangi beban TPA, mengurangi dampak lingkungan, dan yang terpenting adalah memberdayakan masyarakat.
"Mudah-mudahan nanti sampah bisa jadi rupiah, sampah bisa menjadi berkah karena prinsip 3R itu membantu mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) mengurangi dampak lingkungan, dan yang terpenting adalah memberdayakan masyarakat," ujarnya.