Surabaya (ANTARA) - Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengharapkan Rumah Sakit Islam Surabaya (RSIS) Ahmad Yani menjadi "role model" (percontohan/rujukan) bagi RS di lingkungan NU, karena bertahan selama 50 tahun dan berkembang dalam pendidikan dan kesehatan.
"Di tangan dingin Pak Nuh (Prof Ir H Mohammad Nuh DEA, Ketua Umum Yarsis/Yayasan Rumah Sakit Islam), RSIS Ahmad Yani sudah berusia 50 tahun dengan pengkhidmatan yang penuh loyalitas," katanya dalam peringatan Harlah (hari lahir) ke-50 RSIS Ahmad Yani di Surabaya, Minggu.
Kiai yang juga Ketua Dewan Pembina Yarsis itu mengharapkan RSIS Ahmad Yani dapat menjadi "role model" bagi pelayanan kesehatan yang prima di lingkungan NU, sehingga RSIS Ahmad Yani dan RS di lingkungan NU nantinya menjadi rujukan utama umat Islam.
"Sesungguhnya, kesehatan adalah risalah Islam, karena Islam sangat memperhatikan kesehatan, sehingga Islam mengajarkan bahwa jiwa yang sehat itu terdapat dalam tubuh/jasad yang sehat. Apalagi, Harlah Emas RSIS Ahmad Yani menggunakan jargon 'menyempurnakan khidmat' seperti risalah Rasulullah untuk 'menyempurnakan akhlak'," katanya.
Bahkan, kata pengasuh Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan, Surabaya itu, kesehatan juga merupakan jalur dakwah dalam Islam, karena Islam juga mengutamakan untuk menolak mafsadah/kerusakan daripada mendahulukan kemanfaatan.
"Rasulullah sendiri menyebutkan Allah itu menurunkan penyakit tapi juga menurunkan obatnya, jadi setiap penyakit itu ada obatnya, kecuali penyakit pikun, karena itu bidang kedokteran Islam itu lebih berkembang daripada Babilonia, Tiongkok, Yunani, dan negara lainnya. Jadi, RSIS Ahmad Yani harus sampai satu abad atau bahkan lebih," katanya.
Dalam peringatan Harlah Emas ke-50 RSI Surabaya Ahmad Yani yang dihadiri perwakilan pendiri, perwakilan direksi sejak 1975 hingga 2025, serta perwakilan pimpinan daerah itu, Ketua Umum Yarsis Prof Ir H Mohammad Nuh DEA mensyukuri usia RSIS Ahmad Yani yang bertahan hingga 50 tahun seiring dengan NU yang berusia satu abad.
"Alhamdulillah, RSIS Ahmad Yani bisa bertahan dan bahkan tumbuh mengembangkan RSI Surabaya Jemursari dan RSI Ki Ageng Pinatih Gresik, bahkan juga mengembangkan Universitas NU Surabaya (Unusa), khususnya Fakultas Kedokteran dan Kesehatan," kata mantan Mendikbud/Menkominfo, Rektor ITS/PENS, dan kini juga Rais Syuriah PBNU itu.
Oleh karena itu, seiring dengan perkembangan zaman, pihaknya berharap RSIS Ahmad Yani bisa menyempurnakan khidmat, termasuk teknologi AI untuk bidang kesehatan. "Jadi, tidak hanya berkembang dalam infrastruktur dan peralatan canggih, namun juga human capital yang lebih mumpuni dan melayani," katanya.
Peringatan Harlah Emas ke-50 RSI Surabaya Ahmad Yani juga ditandai dengan peluncuran Buku "50 Tahun RSI Surabaya A.Yani - Menyempurnakan Khidmat Untuk Umat" dan "Katalog Layanan Kesehatan RSIS A Yani 2025" oleh empat penulis yang dipimpin Sukemi (Kepala Humas Unusa).
“Buku ini bukan sekadar dokumen, tapi juga cermin perjalanan spiritual RSIS. Tentang bagaimana sebuah rumah sakit bisa menjadi jembatan cinta antara ilmu, pelayanan, dan kemanusiaan,” kata Sukemi.
Puncak syukur terjadi saat “Lifetime Achievement Award” diberikan kepada para pendiri dan mantan direktur utama RSIS A Yani, para pejuang yang di masa mudanya memilih jalan sunyi: melayani umat lewat dunia kesehatan. Setelah itu, Harlah Emas pun ditandai dengan tabuhan/pukulan beduk oleh Mohammad Nuh dan dirut RSIS A Yani dr Dodo Anondo MPH FISQua serta tiga direksi.