Surabaya (ANTARA) - Musisi dan komposer Rani Jambak merilis album terbarunya, Vibra Genetika, yang merefleksikan transformasi diri, sekaligus perjalanan spiritual dalam menemukan akar budaya, spirit leluhur, serta makna diri dan keterhubungan antardimensi dalam kehidupan.
Siaran pers yang diterima ANTARA di Surabaya, Selasa menyebutkan bahwa album yang bernaung di bawah label "Yes No Wave Music" ini berisi tujuh komposisi. ALbum itu dirilis Rani dari kediamannya di Lasi, sebuah nagari di kaki Gunung Marapi di Kecamatan Candung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
"Bagi saya, album Vibra Genetika merupakan perjalanan holistik dalam menyelami keterhubungan antardimensi kehidupan. Sejak 2013, saya menapaki jalan pencarian makna terhadap identitas kultural saya sebagai keturunan Minangkabau yang lahir dan besar di Kota Medan," ujar Rani.
Rani dikenal sebagai seniman perempuan pemburu suara, yang merekam berbagai "soundscape" dari alam maupun suara aktivitas masyarakat di berbagai daerah. Ia merekam bunyi angin di perbukitan, ritme air sungai, serta suara pasar tradisional dan perbincangan masyarakat, lalu mengolahnya dengan teknologi digital untuk diaransemen menjadi komposisi musik yang unik dan penuh makna.
Baca juga: ArumtaLa rilis single terbaru "Gagal Diet"
Sepanjang kariernya, Rani telah berkolaborasi dengan berbagai musisi dan seniman internasional yang turut memperkaya eksplorasi soniknya. Ia pernah bekerja sama dengan Lyra Pramuk, vokalis dari Amerika, kemudian merilis lagu Restore untuk kampanye lingkungan hidup.
Sementara karya Distortion Journey adalah hasil kolaborasinya dengan Victor Angeleas, komposer dan pemain mandolin dari Brazil. Selain itu, ia juga berkolaborasi dengan seniman Yenting Hsu dari Taiwan, meluncurkan album kolaborasi internasional bertajuk Oxygen, dan banyak karya lainnya.
Perjalanan eksplorasi ini mengantarkannya meraih penghargaan bergengsi "The Oram Awards 2022" di Huddersfield, Inggris, pada Huddersfield Contemporary Music Festival, November 2022.
Penghargaan ini mengapresiasi pendekatan inovatif Rani dalam menggabungkan soundscape dengan musik elektronik serta kontribusinya dalam memperluas batas eksperimentasi musik berbasis suara.
Rani menceritakan bahwa pencarian itu ternyata tidak hanya membawanya untuk memahami hubungan diri dengan adat dan tanah leluhur, tetapi juga menggali konsep rantau sebagai bagian penting dari narasi Minangkabau yang terus hidup.
Baca juga: Kunto Aji rayakan Hari Ibu lepas video musik "Melepas Pelukan Ibu"
Transformasi kehidupannya sebagai perempuan, istri, dan ibu semakin memperdalam pemahamannya akan peran-peran yang terus berkembang.
Kesadaran ini melahirkan penghormatan terhadap masa lalu, rasa syukur atas kehidupan saat ini, dan visi untuk memandang "leluhur masa depan" sebagai bagian dari rantai energi yang abadi.
Vibra Genetika bukan sekadar pencarian identitas, tetapi juga resonansi yang terus bergema dalam kesadaran manusia dan semesta.
Bagi Rani, pembuatan Vibra Genetika bukan hanya proses kreatif musikal, tetapi juga perjalanan batin. Dalam eksplorasi soniknya, ia menelusuri bunyi-bunyian khas Minangkabau, dari dendang saluang, rabab, hingga ritme perkusi yang membawa semangat nagari.
Perpaduan antara instrumen tradisional dan suara elektronik menciptakan lanskap suara yang menghubungkan masa lalu dan masa depan.
Baca juga: Penyanyi "Alamat Palsu" Ayu Ting Ting gelar konser tunggal perdana di kota kelahiran
"Secara rangkuman general, mulai dari pencarian identitas, pencarian diri, kemudian refleksi dari sejarah yang saya ingat, yang saya miliki, serta histori yang saya temukan dalam prosesnya. Kemudian proses Merantau, memberi saya nilai-nilai baru. Demikian pula proses kehidupan sebagai istri dan ibu juga memberi saya nilai-nilai baru. Seperti itulah Vibra Genetika membentuk saya," katanya.
Setiap lagu dalam albumnya ini mencerminkan tahapan kehidupan yang dijalani Rani, dari pencarian identitas, hingga refleksi mendalam tentang peran dan eksistensi.
Album ini diawali dengan "Suara Minangkabau (Dare) Extended", yang menjadi titik awal perjalanan Rani dalam mencari identitas kebudayaan Minangkabau di wilayah dare (darat). Suara Minangkabau merupakan karya yang dirilis pada 2021, mengangkat lanskap bunyi khas tanah Minang dan menggambarkan bagaimana suara-suara leluhur masih hidup dalam memori kolektif, dan kini diperpanjang dengan tambahan sampling kecapi Minangkabau.
Sementara lagu Orang Piaman hadir sebagai keterkaitan historis dengan keluarga pihak bapak, yang juga menjadi titik pencarian Rani terhadap Minangkabau di wilayah pasisa (pesisir).
Bagian memori diri dituangkan dalam "Joget Sumatra" dan "As I Stand in Fire". Joget Sumatra mencerminkan hibridasi musik tradisi dari berbagai etnis di Sumatra Utara, menggambarkan bagaimana latar budaya membentuk Rani yang lahir dan besar di Medan. Sementara itu, "As I Stand in Fire" lahir dari kolaborasi dengan desainer Toton Januar dan menjadi refleksi personal Rani atas warisan keluarganya di dunia konveksi.
Baca juga: Dul ungkap harapannya lebih banyak musisi bawa lagu sendiri
Tema pencarian spiritual hadir dalam lagu "Merantau", yang menggabungkan rekaman "soundscape", wawancara, dan pembacaan naskah kuno dari Minangkabau, Bali, dan Lombok. Lagu ini mengeksplorasi perjalanan Rani memahami spiritualitas, keterhubungan manusia dengan alam, dan benang merah spiritualitas leluhur Nusantara di berbagai daerah.
Puncak transformasi diri hadir dalam "Kembang Mengembang" dan "Parade Waktu". Dua karya ini juga merupakan hasil kolaborasi dengan Toton Januar pada koleksi 2024 dan 2025. Karya kolaborasi ini menjadi sangat intim karena koleksi fahion Toton menceritakan tentang perempuan, ketahanan, dan femininitas.
Secara personal, karya Rani ini dedikasikan pada transformasi diri dan keluarga kecilnya. Dari seorang anak, kemudian seorang wanita, kemudian dalam 3 tahun terakhir, Rani melalui sebuah transformasi yang cukup pesat menjadi seorang istri, kemudian menjadi seorang ibu.
Semua itu adalah proses, yang menurut Rani, cukup menguras emosi, mental, dan waktu, sekaligus juga memberikan nilai tersendiri kepada dirinya secara lahir dan batin. Lagu ini menjadi epilog yang menyatukan semua tema dalam album.
Baca juga: Audy kembali ke industri musik dengan merilis lagu "Akhir Kisah Kita"
Pertemuan idealisme
Album Vibra Genetika ini semakin menguatkan identitas Rani yang terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak dan konsisten dalam mendukung musik elektronik eksperimental di Indonesia. Selama beberapa tahun terakhir, Rani telah menjalin berbagai kolaborasi dengan Yes No Wave, yang semakin memperkuat keyakinannya bahwa label ini adalah rumah yang tepat bagi eksplorasi artistiknya.
Lebih dari sekadar wadah distribusi, Yes No Wave Music memberi Rani ruang berekspresi, tanpa batasan komersial, sekaligus kesempatan untuk turut berkontribusi dalam mengembangkan skena musik kontemporer elektronik di Indonesia.
"Menjadi bagian dari Yes No Wave, bukan hanya soal merilis album, tetapi juga membangun ekosistem musik eksperimental yang lebih luas dan dinamis," ujar Rani.
Dengan peluncuran album ini, Rani Jambak kembali menegaskan bahwa musik bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana eksplorasi identitas, spiritualitas, dan hubungan manusia dengan akar budayanya. Vibra Genetika kini tersedia di berbagai platform streaming digital dan siap membawa pendengar dalam perjalanan suara yang menggugah.