Surabaya (ANTARA) - Direktur Utama PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) Didik Prasetyono, mengungkapkan pentingnya percepatan realisasi kawasan industri Ngawi agar Indonesia tidak kehilangan peluang investasi ke negara competitor seperti Thailand atau Malaysia.
“Pengembangan lahan baru sangat penting untuk menarik Foreign Direct Investment (FDI). Ini tidak hanya mendorong pertumbuhan industri, tetapi juga menciptakan lapangan kerja,” kata Didik melalui keterangannya di Surabaya, Jumat.
Ia menambahkan bahwa ketersediaan lahan merupakan kunci bagi Indonesia dalam menarik investor asing, terutama di tengah ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat.
“Ketegangan tersebut menjadi peluang bagi Indonesia untuk menarik relokasi industri dari luar negeri, khususnya yang terdampak perang dagang,” ujar Didik yang juga menjabat Wakil Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa Ngawi dipilih sebagai lokasi kawasan industri karena memenuhi empat kriteria utama, yakni harga dan status tanah yang kompetitif, ketersediaan infrastruktur, serta tarif air dan energi seperti gas yang kompetitif.
Didik juga menyampaikan apresiasi atas dukungan luar biasa yang diberikan oleh Ketua Kelompok Fraksi (Kapoksi) Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR) Bambang Haryo Soekartono (BHS) yang memberikan dukungan terhadap pengembangan wilayah industri yang dilakukan SIER.
Sementara itu, dalam kunjungan kerjanya BHS mendorong terciptanya iklim investasi yang kondusif di kawasan industri guna mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen sebagaimana dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
BHS menyatakan ingin memastikan bahwa kawasan industri milik negara ini berfungsi dengan baik di usianya yang telah menginjak 51 tahun.
“ Pemerintah perlu mempercepat pembangunan kawasan industri berbasis hilirisasi, teknologi, dan keberlanjutan agar ekonomi Indonesia semakin kompetitif di tingkat global,” katanya.
Untuk itu, BHS mendorong percepatan realisasi kawasan industri Ngawi yang direncanakan memiliki luas lebih dari 1.000 hektare.
Menurut anggota Dewan Pakar DPP Partai Gerindra ini, kawasan industri Ngawi yang bakal dikelola SIER memiliki posisi yang sangat strategis.
"Apalagi sudah ada calon investor asal China yang tertarik menanamkan modalnya di sektor logam nonferrous. Investor tersebut memerlukan lahan sekitar 400 hektare dengan proyeksi penyerapan tenaga kerja hingga 10.000 orang," tuturnya.
Oleh karena itu, pengembangan kawasan industri baru di Ngawi menjadi sebuah kebutuhan strategis.
Lanjutnya, apalagi dokumen Pertimbangan Teknis (Pertek) untuk kawasan tersebut telah disetujui oleh kementerian terkait.
“Pembangunan kawasan industri Ngawi sudah masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Karena sudah berstatus PSN, saya siap membantu melakukan konsolidasi dengan kementerian terkait agar percepatan dapat segera dilakukan,” katanya.