Surabaya (ANTARA) - Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Aries Agung Paewai mengapresiasi SMAN 1 Tanggul, Jember, terpilih sebagai pilot project program School Food Care (SFC).
"Program tersebut merupakan sebuah inisiatif pemerintah pusat yang mengubah lahan kosong di lingkungan sekolah menjadi sumber pangan sehat," kata Aries dalam keterangan diterima di Surabaya, Senin.
Program yang melibatkan murid dan guru ini mengusung metode hidroponik dan pemanfaatan media tanam polybag untuk membudidayakan berbagai jenis sayuran organik.
Aries memuji upaya tersebut karena tidak hanya membekali murid dengan ilmu akademik, tetapi juga keterampilan bercocok tanam.
“Saya sangat mengapresiasi program ini karena memberikan bekal keterampilan yang bermanfaat bagi murid. Mereka tidak hanya memahami teori akademik, tetapi juga praktik nyata dalam bercocok tanam dengan metode hidroponik dan media polybag,” ujar Aries.
Menurutnya, program SFC turut mendukung ketahanan pangan serta memberikan edukasi kepada murid tentang pentingnya konsumsi pangan sehat.
“Salah satu fokus utama pemerintah adalah ketahanan pangan. Jika sejak dini murid sudah dibiasakan bercocok tanam di sekolah, diharapkan mereka juga dapat menerapkan di rumah masing-masing,” katanya.
Aries menambahkan program ini memiliki beberapa manfaat strategis, di antaranya sebagai Natural Laboratory atau laboratorium alami bagi murid, wahana wisata edukasi lintas jenjang, serta tempat praktik belajar yang nyata.
Selain itu, program ini juga mendorong pengembangan jiwa kewirausahaan di kalangan murid.
“Dari kegiatan ini, murid diharapkan mampu mengolah hasil panen menjadi produk bernilai jual, sehingga dapat menciptakan wirausahawan muda,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Tanggul, Marta Mila Sughesti, menjelaskan bahwa program SFC telah dilaksanakan sejak Desember 2024.
Sekolah memanfaatkan lahan kosong seluas setengah hektare di area perbukitan yang memerlukan perlakuan khusus agar menjadi produktif.
“Butuh penanganan khusus untuk mengubahnya menjadi lahan produktif. Sebagai solusi, kami mengadopsi metode hidroponik dan polybag,” ujar Marta.
Jenis tanaman yang dikelola meliputi sayur, kacang, dan umbi-umbian dengan masa panen di bawah enam bulan.
Program ini juga terintegrasi dalam kurikulum sekolah melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), Dobel Track, dan PKWU (Prakarya dan Kewirausahaan).
“Kami melibatkan seluruh murid, guru, karyawan, dan komite sekolah dalam pengelolaan kebun ini. Hasil panen yang dijual akan digunakan untuk membeli bibit baru serta memperbaiki sistem sanitasi air di sekitar lahan,” katanya.
Marta berharap program unggulan ini dapat memberikan keterampilan hidup yang bermanfaat bagi murid, tidak hanya dalam aspek akademik, tetapi juga dalam praktik nyata yang bisa diterapkan di masyarakat.*