Pemukulan Rektor Unibo dan Etika Guru Murid
Sabtu, 26 Mei 2012 9:54 WIB
"Mungkin saja saya ini punya salah, tapi kan bukan begitu cara penyelesaiannya? Bukan dengan kekerasan," kata Rektor Universitas Bondowoso Drs Edy Basuki, MSi lirih.
Saat ditemui dalam perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Bondowoso, Jatim, ia tergolek lemah. Beberapa ia meringis karena sakit ketika memindahkan kepalanya.
Edy menjadi korban aksi anarkhis yang dilakukan mahasiswa Unibo yang menuntut dirinya keluar dari kampus itu, Rabu (23/5). Aksi yang dilakukan sekitar 100 orang tersebut memaksa Edy dan kelompoknya untuk keluar dari kampus.
Kepemimpinan perguruan tinggi terbesar di Bondowoso ini memang terjadi dualisme antara Rektor Edy Basuki dengan Hernanik. Dalam beberapa tahun ini kampus Unibo dikuasi kelompok Edy Basuki. Setelah ada putusan PT Jatim yang memenangkan kelompok Hernanik, mahasiswa pendukungnya ingin merebut kampus itu.
Atas peristiwa pemukulan itu, Edy mempertanyakan etika para mahasiswa yang pernah diajarinya selama dirinya mengabdi di kampus tersebut. "Ini kan antara murid dengan guru. Masak begitu etikanya," kata Edy yang tangan kanannya diinfus.
Ia mengemukakan saat terjadi aksi itu, sekitar 10 hingga 15 orang pengunjuk rasa mengeroyok dirinya. Dari belasan itu ada tiga mahasiswa yang dikenalnya, sementara lainnya tidak ia kenal.
"Saya waktu itu ada di musholla, begitu keluar melihat ada beberapa dosen yang ditarik-tarik oleh pengunjuk rasa. Kemudian saya tunjukkan map yang dokumen-dokumen Unibo. Saya ajak mereka berdilog, tapi malak mengeroyok," katanya.
Ia mengalami luka di atas mata kirinya hingga mengeluarkan darah. Rusuk bagian kanan terasa sakit terkena pukulan, termasuk di bagian punggung. Saat kejadian, Edy pingsan sehingga dilarikan ke rumah sakit.
Setelah peristiwa itu, ia mengemukakan bahwa semua aktivitas di universitas tersebut kosong. Hal itu diakui oleh sejumlah mahasiswa yang selama ini aktif kuliah atau diajar oleh para dosen di masa kepemimpinan Edy.
Sementara di dalam kampus Unibo terdapat sejumlah orang dan mahasiswa. Sekelompok mahasiswa yang ditemui mengemukakan bahwa perkuliahan berjalan normal dan mereka baru saja mengikuti ujian.
Salah seorang dosen Unibo versi Edy Basuki, Lilik Pujarahayu, mengemukakan bahwa telah terjadi aksi premanisme di kampusnya.
"Kalau mereka mahasiswa kan tidak mungkin berbuat onar seperti itu dengan memukuli rektor," katanya.
Lilik mengemukakan bahwa pihaknya sudah mendengar akan adanya unjuk rasa tersebut. Karena itu pihaknya hanya mempersiapkan diri untuk melakukan dialog dengan mereka.
"Waktu mereka datang kami sudah menyambut mereka. Tidak tahunya mereka masuk dengan aksi anarkhis. Kami sebetulnya sudah berusaha mundur, namun rupayanya di belakang kampus massa lebih banyak lagi. Jadi mereka datang langsung melakukan perusakan dan pengusiran pada kami," katanya.
Ia mengemukakan bahwa Edy Basuki dan para dosen itu bertugas di Unibo atas amanat undang-undang. Ia mengaku kasihan dengan para mahasiswa Unibo saat ini karena secara psikologis akan terganggu.
"Apalagi mahasiswa yang sedang KKN. Karena itu, polisi harus mengusut tuntas kasus ini," katanya.
Atas sinyalemen adanya preman di balik aksi itu, Wakapolres Bondowoso Kompol Koesno W mengemukakan bahwa kepolisian tidak melihat adanya hal tersebut. Sejauh pemantauan polisi para pengunjuk rasa adalah mahasiswa.
Terkait laporan kelompok Edy yang mengalami kekerasan, kepolisian akan melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi, termasuk korban Edy Basuki.
Namun demikian, polisi belum menetapkan siapa tersangka dalam kejadian itu.
Kasatreskrim Polres Bondowoso AKP Bambang Setiawan mengemukakan bahwa pihaknya memeriksa Sugianto, alumni Unibo, yang ikut dalam aksi itu. Namun, saat bersamaan Sugianto juga melaporkan bahwa dirinya telah menjadi korban kekerasan, yakni tangan kanannya dipelintir seseorang saat aksi dilakukan.
Di kampus itu tidak terlihat polisi yang berjaga. Mengenai hal itu, Wakapolres Bondowoso Kompol Koesno W mengakui bahwa pihaknya hanya melakukan patroli agar tidak terjadi aksi-aksi lanjutan yang berujung pada kerusuhan.
"Kami tidak ingin masuk terlalu ke dalam mengenai masalah ini, termasuk tidak berjaga di dalam kampus. Kami hanya patroli biasa," katanya.
Selain mencari siapa yang akan menjadi tersangka dalam kasus kekerasan yang menimpa Edy Basuki, polisi mendapatkan tambahan tugas baru untuk diselidiki, yakni mengenai hilangnya uang.
Kelompok Edy Basuki mengaku bahwa saat kejadian, uang sekitar Rp20 juta yang ada di kas kampus itu ikut raib. Padahal uang tersebut disiapkan untuk gaji dosen dan staf.
Sementara Hernaik yang hendak dihubungi oleh ANTARA belum diperoleh konfirmasinya. Saat dihubungi lewat telepon selulernya tidak diangkat, termasuk ketika dikirimi SMS tidak dibalas. (*)