Surabaya (ANTARA) - Lembaga nonprofit Institut Leimena konsisten mendorong penerapan literasi keagamaan lintas budaya (LKLB) di kalangan guru.
Direktur Program Institut Leimena, Daniel Adipranata saat dikonfirmasi di Surabaya, Jumat mengatakan sejak 2021, program LKLB telah melatih 9.258 guru dan pendidik lainnya, termasuk penyuluh agama, yang di Indonesia.
"Program LKLB menyasar kepada para guru karena berperan strategis untuk membawa perubahan nyata di tengah masyarakat," katanya.
Ia mengatakan, Workshop LKLB, yang berlangsung pada 31 Januari-2 Februari 2025 di Surabaya, diikuti oleh 35 guru dari agama Islam, Kristen, Buddha, dan Hindu.
Para guru berasal dari berbagai wilayah di Jawa Timur seperti Surabaya, Lamongan, Malang, Mojokerto, Kediri, Bondowoso, Banyuwangi.
"Toleransi tidak bisa hanya sebatas pengetahuan tapi harus mengalami langsung lewat interaksi dengan mereka yang berbeda agama," katanya.
Ia menambahkan, Program LKLB memungkinkan interaksi seperti seorang guru Muslim bisa bertanya apa saja tentang agama Kristen kepada pendeta, dan sebaliknya, seorang guru Kristen juga bisa bertanya langsung kepada ustaz.
Guru Besar Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Inayah Rohmaniyah, mengatakan program LKLB dimulai dari gagasan para tokoh seperti almarhum Buya Syafii Maarif, Alwi Shihab, dan Amin Abdullah.
Program LKLB membekali guru dengan kompetensi dan keterampilan konkret untuk berpikir kritis, termasuk dalam pengajaran agama di sekolah yang lebih mengedepankan indoktrinasi.
"Kami menyaksikan langsung bahwa mekanisme perubahan lewat model LKLB sangat efektif karena dimulai dari diri sendiri dengan memberikan pemahaman lalu kita bawa ke ranah sikap, dimana para guru yang berbeda agama duduk bersama, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, dan berkolaborasi,” katanya.
Institut Leimena dorong penerapan LKLB di kalangan guru
Jumat, 31 Januari 2025 20:37 WIB

pelaksanaan Hybrid Upgrading Workshop Literasi Keagamaan Lintas Budaya yang diadakan Institut Leimena dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta di Surabaya. ANTARA/HO-Tim Leimena