Madura Raya (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, menyiapkan tim khusus siaga bencana, menyusul seringnya terjadi bencana alam berupa banjir, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung pada musim hujan saat ini.
"Ini sebagai upaya untuk menekan terjadinya risiko apabila terjadi bencana sekaligus mempercepat melakukan tindakan dan pertolongan apabila terjadi bencana," kata Penjabat Bupati Pamekasan Masrukin di sela-sela acara apel gelar pasukan kesiapan penanggulangan bencana hidrometeorologi di Monumen Arek Lancor Pamekasan, Rabu.
Apel gelar pasukan di monumen kota ini diikuti oleh tim penanggulangan bencana dari sejumlah unsur instansi pemerintahan dj Kabupaten Pamekasan, di antaranya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Sosial (Dinsos), Forum Relawan Penanggulangan Bencana, polisi, TNI, Palang Merah Indonesia (PMI), pramuka, dan Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (Orari).
Kapolres Pamekasan AKBP Jazuli Dani Iriawan menjadi pemimpin apel dalam acara ini.
Menurut Masrukin, siaga bencana harus dilakukan, karena cuaca ekstrem berpotensi terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk di Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Pamekasan.
"Ini sesuai dengan pemberitahuan yang kami terima dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika," katanya.
Oleh karena itu, menurut orang nomor satu di lingkungan Pemkab Pamekasan ini, segala sesuatu yang bisa mencegah dan mengurangi risiko bencana harus dilakukan.
"Semua unsur harus bergerak, meningkatkan komunikasi dan koordinasi antarsatuan dan menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana," ujarnya.
Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu kabupaten di Pulau Madura yang masuk daerah rawan bencana.
Menurut catatan BPBD setempat, jenis bencana alam yang sering terjadi berupa banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Pada 2023, Kabupaten Pamekasan menghadapi 596 kejadian bencana meliputi kekeringan, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan, gempa bumi, dan gelombang ekstrem.
Perinciannya, sejak awal Januari 2023 ada enam kejadian banjir, 39 kejadian tanah longsor, 27 kejadian cuaca ekstrem, tiga kali gempa bumi, 196 kejadian kebakaran hutan dan lahan, empat kejadian gelombang ekstrem dan abrasi, serta 321 kejadian kekeringan di wilayah Kabupaten Pamekasan.
Warga terdampak tercatat sebanyak 244.399 orang.
Angka kejadian bencana alam di Pamekasan selama 2023 lebih sedikit dibandingkan pada tahun 2022, karena kala itu jumlah warga terdampak sebanyak 41.433 orang.
"Pembentukan tim khusus dan apel kesiagaan bencana ini, sebagai upaya untuk menekan risiko bencana, melalui pola deteksi dini dan antisipasi yang kita lakukan," kata Masrukin.