Produksi Minyak Siap Jual Bojonegoro Meningkat
Kamis, 5 April 2012 7:46 WIB
Bojonegoro - Menteri ESDM menentukan prognosa produksi minyak siap jual di Kabupaten Bojonegoro mencapai 24.298.410 barel pada 2012, meningkat sekitar dua juta barel dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 22 juta barel.
"Prognosa produksi minyak siap jual Bojonegoro meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dengan memperhitungkan adanya peningkatan produksi dari sejumlah lapangan minyak di Bojonegoro," kata Kepala Dinas Pendapatan Daerah Bojonegoro, Herry Sudjarwo, Kamis.
Ia mengatakan, prognosa minyak siap jual sebesar 24.298.410 barel tersebut, berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri ESDM, No.2605, tertanggal 4 Januari 2012. "Penetapan prognosa produksi minyak siap jual itu, dengan memperhitungkan besarnya produksi minyak dari sejumlah lapangan minyak di Bojonegoro, bisa mencapai 67 ribu barel per hari," katanya, menambahkan.
Ia menyebutkan, di antara lapangan minyak yang produksinya meningkat yaitu, lapangan minyak Banyuurip, di Desa Mojodelik, Kecamatan Ngasem, yang dikelola Mobil Cepu Limited (MCL), anak perusahaan Exxon Mobil Oil Indonesia (EMOI). Lainnya, lapangan minyak A dan B Sukowati, yang dikelola Joint Operating Body (JOB) Pertamina-Petrochina East Java (PPEJ).
Masih di dalam SK Menteri ESDM itu, lanjutnya, juga ditetapkan perolehan dana bagi hasil minyak daerah penghasil Bojonegoro, pada 2012, mencapai Rp232 miliar.
Herry optimis, perolehan dana bagi hasil migas Bojonegoro, sebagai daerah penghasil, pada 2012, bisa tercapai, bahkan kemungkinan bisa terlampaui. Pertimbangannya, di dalam APBN, asumsi harga minyak dunia ditetapkan sebesar 90 dolar Amerika Serikat per barel.
Namun, lanjutnya, harga minyak dunia, sekarang ini, sudah mencapai 105 dolar Amerika Serikat per barel. Dengan memperhitungkan kenaikan harga minyak dunia yang kemungkinan masih akan terjadi, perolehan dana bagi hasil minyak Bojonegoro, sebesar Rp232 miliar, dengan mudah bisa terealisasi.
Ia membandingkan, prognosa produksi minyak siap jual Bojonegoro, pada tahun lalu, yang ditentukan sebesar 22 juta barel, dengan proyeksi perolehan dana bagi hasil minyak sebesar Rp173 miliar, bisa terlampaui.
"Bojonegoro, akhirnya bisa memperoleh dana bagi hasil minyak sebesar Rp220 miliar, juga karena naiknya harga minyak dunia," katanya, mengungkapkan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, di dalam penerimaan dana bagi hasil minyak bagi daerah penghasil yang sudah berjalan, dilakukan per triwulan. Sedangkan perhitungan penerimaan bagi hasil triwulan pertama, pada tahun ini, baru akan dilakukan pada 26 April di Jakarta.
"Kalau perkiraan kami, perolehan dana bagi hasil minyak Bojonegoro, meningkat, terkena dampak naiknya harga minyak dunia," katanya, menegaskan. (*)