Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Migrant Care Jember mencegah ekstremisme berbasis kekerasan calon pekerja migran Indonesia (PMI) melalui komunitas Desa Peduli Buruh Migran (Desbumi) dan perangkat desa, serta perangkat daerah dalam kegiatan diskusi yang digelar di salah satu hotel Jember, Jawa Timur, Jumat.
"Data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mencatat sebanyak 94 pekerja migran Indonesia terpapar ekstremisme pada tahun 2023 dan sebanyak 11 orang per 1 Januari hingga 27 Agustus 2024," kata Project Manager Migrant Care Mulyadi di Jember, Jumat.
Data BNPT juga menyebut bahwa secara demografis terdapat 117 pekerja migran Indonesia yang dideportasi karena diduga terpapar ekstremisme kekerasan yang tersebar dari berbagai provinsi yakni Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Lampung, Aceh, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
"Mereka tersebar di berbagai negara tujuan di antaranya Hong Kong, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, dan beberapa negara tertentu. Sebagian besar mereka yang terpapar ekstremisme berbasis kekerasan melalui media sosial," tuturnya.
Koordinator Wilayah Migrant Care Jember Bambang Teguh Karyanto mengatakan pihaknya juga sudah melakukan penelitian kepada para purnapekerja migran di Kabupaten Jember selama empat tahun terakhir terkait dengan ekstremisme berbasis kekerasan.
"Kami menemukan fakta-fakta bahwa ada purnapekerja migran yang terindikasi radikalisme di Jember, bahkan framing rekrutmen menjadi pekerja migran Indonesia dengan hal-hal ideologis seperti masuk surga dengan idiom keagamaan tertentu juga ditemukan," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya gencar melakukan sosialisasi melalui program INKLUSI Migrant Care dengan menggandeng banyak pihak untuk memitigasi agar calon pekerja migran Indonesia yang akan berangkat ke luar negeri tidak mudah terpapar ekstremisme.
"Perlu formulasi khusus untuk melakukan mitigasi dan rehabilitasi kepada pekerja migran agar tidak terpapar radikalisme yang mengarah pada terorisme, bahkan Migrant Care sudah punya modul untuk bisa digunakan sosialisasi dalam pencegahan ekstremisme itu.
Bambang mengatakan dengan tegas bahwa perlu kolaborasi semua pihak untuk melakukan mitigasi kepada calon pekerja migran Indonesia, sehingga meningkatnya pemahaman dan cara mencegahnya di masyarakat mengenai bahaya ekstremisme kekerasan.