Petani Madiun bakar Padi Gagal Panen
Selasa, 6 Maret 2012 17:08 WIB
Madiun - Sejumlah petani di Desa Kaibon, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Selasa, terpaksa membakar tanaman padi mereka yang berkualitas buruk sehingga pada musim tanam ini dinilai gagal panen.
Anggota Kelompok Tani Sejahtera Desa Kaibon, Nyoman Bagiarda, mengatakan, padi siap panen tersebut dihasilkan dari benih hibrida merek Sembada 168 yang berlabel Bantuan Langsung Benih Unggul atau BLBU. Benih tersebut berasal dari bantuan Pemerintah Kabupaten Madiun.
"Padi tersebut berasal dari bantuan Pemkab Madiun yang diberikan pada tahun 2011 sebagai ganti dari tanaman yang terserang hama. Setelah kami tanam, ternyata pertumbuhannya sangat buruk. Kami terpaksa membakarnya karena tidak bisa dipanen dan sebagai bentuk kekecewaan kami," ujar Nyoman kepada wartawan.
Menurut dia, pertumbuhan dan kualitas buruk tersebut dibuktikan dengan hanya separuh bulir padi yang menua, sedangkan sisanya masih muda dan tidak berisi.
"Pada satu bagian bulir bisa berwarna kuning, pada bagian lain masih tetap hijau padahal berada dalam satu rumpun yang sama. Hal ini merugikan petani sebab bila harus menunggu bulir yang hijau menguning, maka bulir yang sudah kuning akan rontok. Padahal usia tanaman sudah 95 hari atau siap panen," terang dia.
Sebenarnya, lanjut dia, bantuan benih ini diharapkan cukup meringankan beban petani setelah serangan hama tahun lalu. Namun ternyata justru membuat mereka merugi lagi karena hasil panen tidak maksimal.
"Mungkin pertumbuhan padi yang buruk ini juga karena kami tidak tahu bagaimana mengelola benih hibrida yang seperti ini. Sayangnya lagi, kami tidak mendapat pendampingan dari petugas dinas pertanian terkait," kata Nyoman.
Petani lainnya, Bakir, mengaku hal yang sama. Menurut Bakir, keadaan ini membuat para petani rugi besar. Benih memang gratis, namun hasil panen diperkirakan turun hingga 60 persen.
"Biasanya hasil panen sampai 6 ton per hektare. Dengan benih baru diharapkan bisa menyamai atau berharap menjadi 7-8 ton per hektare. Namun, dimungkinkan saat ini hanya bisa panen 2 ton saja setiap hektarenya," kata Bakir.
Dengan hasil sebanyak itu, dipastikan tidak akan menutupi biaya operasional yang telah dikeluarkan petani selama ini. Para petani berharap agar pemerintah daerah setempat bertanggung jawab dengan memberikan ganti rugi atas kondisi tanaman mereka.
Sementara itu, Wakil Bupati Madiun Iswanto, saat dikonfirmasi hal ini menyatakan akan menelusuri asal usul benih yang dipakai oleh para petani tersebut. Pihaknya juga akan melakukan pengecekan dan evaluasi terhadap petugas Dinas Pertanian setempat tentang pendampingan para petani.
"Saya akan koordinasikan hal ini dengan Dinas Pertanian. Termasuk juga, kinerja PPL akan dievaluasi dengan adanya kejadian ini," kata dia. (*)