Surabaya (ANTARA) - Sejumlah santri bersama seniman menggelar kegiatan refleksi pementasan drama kolosal "Resolusi Jihad Fisabilillah" di monumen Tugu Pahlawan Surabaya, Rabu dini hari.
"Resolusi jihad merupakan fatwa yang diterbitkan pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945. Berisi kewajiban berjihad melawan penjajah demi mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia," kata Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya KH Masduki Toha kepada wartawan usai pementasan drama kolosal “Resolusi Jihad Fisabilillah" di lingkungan Monumen Tugu Pahlawan Surabaya.
Pentas yang didukung Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) Kota Surabaya ini menutup serangkaian acara peringatan Hari Santri Nasional tahun 2024 yang bertema "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan" di Kota Pahlawan.
Pentas tersebut menggambarkan kalangan santri dan kiai turut memiliki "saham" atas perjuangannya yang telah menegakkan "merah putih" untuk tetap berkibar pasca proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dibacakan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945.
Pementasan drama kolosal ini sekaligus meneguhkan bahwa Resolusi Jihad telah menumbuhkan nasionalisme yang masih relevan untuk terus diimplementasikan, khususnya bagi para santri dan kiai, demi membangun negeri.
Ketua PCNU KH Masduki Toha menandaskan nasionalisme yang tumbuh melalui fatwa Resolusi Jihad, diharapkan tetap tertanam di jiwa para santri dan kiai di era sekarang.
"Dengan semangat Resolusi Jihad, saya harap santri di era sekarang menuntut ilmu sebaik mungkin. Karena ilmunya akan bermanfaat bagi perkembangan peradaban masyarakat Indonesia," ujarnya.
KH Masduki Toha meyakini masyarakat akan menerima lulusan pondok pesantren.
"Masyarakat membutuhkan lulusan pondok pesantren karena ilmu agamanya bermanfaat. Selain itu pola pemikirannya juga dapat dimanfaatkan. Inilah kesempatan yang baik dan akan kita gunakan bersama-sama. Sekarang saatnya santri bergerak dan menggelorakan semangat untuk membangun negeri," tuturnya.(*)