Dalam keterangan diterima di Surabaya, Minggu, Emil menjelaskan daerah pesisir di Situbondo memiliki potensi besar dalam mengangkat perekonomian wilayah. Ia pun mendukung penuh terbangunnya transportasi laut di wilayah Situbondo.
“Situbondo ini bentuknya cenderung memanjang dari Asembagus sampai Banyuputih, tentu potensi ekonomi wilayah pesisirnya bisa dimanfaatkan,” ujarnya.
Emil melanjutkan hal ini salah satunya melalui pemanfaatan Pelabuhan Jangkar yang dimaksimalkan untuk memfasilitasi pedagang asal Jawa Timur.
“Dulu, ketika perjalanan dinas di Bali, saya pernah bertemu dengan pedagang yang kebetulan berasal dari Madura. Dia menyampaikan pak minta tolong pelabuhan Jangkar bisa dimaksimalkan,” ujarnya.
“Alhamdulillah-nya, pelabuhan Jangkar hari ini sudah menjadi lebih baik, bahkan sudah bisa langsung melayani perjalanan ke Lembar langsung," kata Emil.
Ia melanjutkan, konektivitas ini harapannya juga didukung oleh pembangunan jalan tol Transjawa hingga ke Banyuwangi.
“Pembangunan jalan tol ini juga cita-citanya sampai Banyuwangi. Alhamdulillah saat ini sudah bisa digunakan sampai Gending Probolinggo, kedepan akan ada exit di Besuki,” katanya.
Ke depan dengan tersambung Tol trans Jawa ini menjadikan wilayah di sekitarnya memiliki dampak ekonomi yang menjanjikan.
Tak cukup di situ, Emil menyebut para sarjana asal Situbondo memiliki potensi besar untuk turut mendongkrak perekonomian Kabupaten Situbondo.
Ia memotivasi para wisudawan untuk terus berkembang dan bersaing di dunia usaha, dunia industri, dan dunia kerja (dudika), meskipun telah lulus dari pendidikan Strata 1.
“Saya sendiri juga lulusan Universitas Swasta. Saya lulusan S1 swasta, lalu mendapat beasiswa di Jepang sampai S3 dan bisa S2 di Oxford, universitas nomor 1 di dunia versi Times Higher Education. Begitu lulus, kita akan terus belajar hal-hal baru, karena belajar itu seumur hidup," ujarnya.
Menurut Emil, kesempatan untuk belajar tidak memiliki batas dan akan senantiasa ditemui di berbagai ruang. Lulusan S1 di sini memiliki kekayaan sudut pandang untuk mencari kesempatan tersebut, terutama terkait lapangan kerja.
“Keunggulan menjadi Cendekiawan adalah kekayaan sudut pandang, termasuk dalam memandang dunia kerja. Jangan sampai membatasi ruang belajar dan hiduplah sebagai lifelong learner,” katanya.
Ia pun menyampaikan pengalamannya sebagai lifelong learner yang terus belajar dan berkembang, dari lulusan Administrasi Bisnis ke bidang Perencanaan Wilayah dan Kota.
“Sebagai lulusan Administrasi Bisnis saya berkecimpung di dunia infrastruktur, ini merupakan hal baru pada saat itu bagi saya, barulah 20 tahun kemudian tepatnya pada Februari 2024 lalu saya dinyatakan lulus sebagai sarjana PWK dari Universitas Negeri Semarang,” tuturnya.
Emil lanjut menekankan bahwa sekarang yang menjadi penilaian untuk bekerja bukanlah ijazah, tetapi juga portfolio. Inilah yang menjadi aspek penting bagi lulusan S1 di masa kini.
“Ke depan dunia kerja tidak lagi memandang ijazah sebagai satu-satu prasyarat diterima kerja, melainkan portofolio. Mari terus belajar, coba hal baru dan perbanyak portofolio,” tegas Emil.
Tak lupa, ia menyampaikan ungkapan selamat kepada para wisudawan yang telah merampungkan studinya, sekaligus apresiasi kepada lembaga pendidikan swasta yang terus berdedikasi dalam memberikan pendidikan terbaik.
“Berbahagialah para wisudawan sekalian karena telah menyelesaikan studi dan perjuangan selama ini, kelulusan ini hanyalah pintu gerbang menuju kehidupan yang sesungguhnya sebagai cendekiawan,” ungkapnya.