REI Yakin Pemberlakuan Kembali FLPP Kurangi "Backlog"
Selasa, 21 Februari 2012 20:49 WIB
Surabaya - Sejumlah pengusaha anggota Real Estate Indonesia Jawa Timur meyakini pemberlakuan kembali Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) bisa mengurangi "backlog" di Indonesia.
"Selama tahun 2011, 'backlog' perumahan secara nasional meningkat 11 juta unit lebih dibandingkan tahun 2010," kata Sekretaris DPD REI Jatim, Totok Lucida, di Surabaya, Selasa.
Terkait keyakinannya mengurangi "backlog", ujarnya, dikarenakan FLPP juga dapat memenuhi kian besarnya permintaan produk properti pasar nasional pada masa sekarang.
"Kini, FLPP kembali diberlakukan setelah berhenti diterapkan di pasar properti nasional sekitar dua bulan," ujarnya.
Di sisi lain, jelas dia, saat ini pemerintah dan kalangan perbankan sepakat menetapkan suku bunga FLPP menjadi 7,25 persen. Suku bunga tersebut turun dibandingkan sebelumnya di posisi 7,45 persen.
"Sementara, mengenai porsi dana penyertaan pemerintah dan perbankan, tutur dia, saat ini memiliki komposisi 50 persen pemerintah dan 50 persen perbankan. Besaran partisipasi pemerintah menurun dari sebelumnya 60 persen dan perbankan 40 persen," katanya.
Untuk itu, tambah dia, sekarang kalangan perbankan wajib menyediakan dana lebih besar dibandingkan penerapan FLPP sebelumnya.
"Kini perbankan yang mengemban tugas memberlakukan FLPP antara lain PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk, dan Bukopin," katanya.
Tahun ini, target dia, di Jatim bisa membangun sebanyak 25.000 unit rumah sederhana (RSh) sedangkan pada tahun 2011 bisa terealisasi 16.300 unit.
"Jumlah tersebut meningkat dibandingkan target pembangunan RSh 2011 sebanyak 15.000 unit," katanya.
Di samping itu, terkait UU Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, harap dia, kebijakan tersebut bisa segera direvisi. Hal tersebut karena syarat pembangunan perumahan paling sedikit 20 persen dari total unit perumahan yang akan dibangun sangat menyulitkan pengembang. (*)