Surabaya (ANTARA) - Pasangan bakal calon kepala daerah Jawa Timur, Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Khakim, menyatakan yakin mampu meraup 15 juta suara pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024.
"Iya optimistis, target 15 juta suara dalam Pilkada 2024 bukan hal yang mustahil," kata Lukmanul Khakim saat diskusi santai di Joglo Merah Putih, Surabaya, Jawa Timur, Selasa.
Menurutnya, target ini cukup masuk akal mengingat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang menjadi partai pengusung merupakan pemenang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 di Jawa Timur.
Pada Pemilu 2024, PKB mampu meraih 4.517.228 suara yang berdampak pada peningkatan jumlah kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur menjadi 27 kursi.
Ia menambahkan, dengan tagline "Leadership Kedermawanan," pasangan Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Khakim (LUMAN) tidak hanya menjanjikan perubahan, mereka bertekad untuk hadir dan bekerja di tengah masyarakat.
Pilkada Jatim 2024, lanjutnya, bukan hanya sekadar kompetisi politik, tetapi pertarungan untuk kesejahteraan 40 juta penduduk Jawa Timur. Menurutnya, LUMAN sudah menyiapkan program 1 juta usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Jawa Timur.
Program padat karya ini dirancang untuk memerangi kemiskinan dan pengangguran, terutama di pedesaan.
“Kami tidak ingin bicara besar, tapi kami yakin, ini adalah revolusi ekonomi yang dibutuhkan Jawa Timur,” tambah Lukman.
Ia juga mengungkapkan rencana besar untuk anak muda, dengan membuka ribuan lapangan kerja baru.
"Kami akan menciptakan ribuan pekerjaan baru yang konkret, serta program start-up untuk memberdayakan mereka,” ujar Lukman.
Di tempat yang sama, Luluk Nur Hamidah, mengungkapkan bahwa Jawa Timur membutuhkan pemimpin yang berani menghadapi kenyataan pahit.
“Angka kemiskinan di Jatim masih tertinggi di Indonesia. Kami tidak bisa tinggal diam, masalah ini bukan hanya soal angka, ini menyangkut hidup jutaan orang,” ujar Luluk.
Ia juga menyoroti pengendalian inflasi sektor pertanian di Jawa Timur yang dinilai belum maksimal.
"Jawa Timur adalah wilayah agraris terbesar, tapi kenapa masih minus? Kalau kita terus menyalahkan El Nino, anak SD pun bisa menjawab itu," tuturnya.