Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengemukakan angka kemiskinan ekstrem di Indonesia turun drastis dari empat persen menjadi 0,8 persen dalam satu dekade terakhir.
"Kemiskinan ekstrem yang terakhir per tahun 2023 itu kan sudah turun. Sebelumnya empat persen, pada 10 tahun terakhir itu mengalami penurunan, yang terakhir 0,8 persen," kata Menko PMK Muhadjir Effendy di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa.
Namun angka pasti dari penurunan kemiskinan ekstrem tersebut, kata dia, masih menunggu hasil survei lebih lanjut pada September 2024, yang berpotensi menunjukkan penurunan lebih lanjut.
"Ini juga masih menunggu hasil survei per September nanti. Bisa jadi nanti lebih rendah dibanding 0,8 persen," ujar Menko Muhadjir Effendy.
Dalam kesempatan itu Menko PMK mengungkapklan adanya penurunan jumlah kelas menengah dengan pergeseran dari kelas menengah menjadi aspiring middle class atau calon kelas menengah.
"Kelas menengah kan berkurang, menurut Badan Pusat Statistik, dan itu kan diperkirakan diduga kuat bukan naik kelas, tapi turun ke aspiring middle class atau calon kelas menengah," kata Menko Muhadjir Effendy.
Meskipun penurunan ini mencerminkan tantangan dalam pemulihan ekonomi, Menko PMK menegaskan bahwa penanganan kemiskinan telah menunjukkan hasil positif, dengan angka kemiskinan total menurun dari 9,8 persen menjadi 9,03 persen.
Ia menambahkan bahwa strategi pemerintah dalam mengatasi kemiskinan ekstrem terbukti efektif, meskipun tantangan tetap ada untuk mengembalikan kelas menengah ke tingkat semula.
"Jadi artinya, strategi kita menangani kemiskinan dan kemiskinan ekstrem cukup bagus, karena bisa menahan hempasan penurunan kelas menengah," katanya.
Menko Muhadjir Effendy optimistis bahwa dengan kebijakan dan intervensi yang tepat, Indonesia dapat mencapai kemajuan lebih lanjut.
Dalam 10 tahun, Menko PMK sebut Kemiskinan ekstrem turun jadi 0,8 persen
Selasa, 17 September 2024 14:21 WIB