Oleh Fiqih Arfani "Aku rindu setengah mati kepadamu... Meski ku ingin kau tahu.. Aku rindu setengah mati..." potongan lagu yang dipopulerkan grup musik D'Massiv berjudul Rindu Setengah Mati tersebut menjadi pengiring perpisahan Kombes Pol Coki Manurung dari Gedung Mapolrestabes Surabaya. Ya... lagu tersebut merupakan salah satu lagu favoritnya. Para wartawan, khususnya yang bertugas di wilayah hukum dan kriminal menghadiahkan lantunan lagu itu kepada seorang Coki. "Semoga Komandan Coki tidak pernah melupakan Surabaya dan dipercaya kembali bertugas di Jawa Timur. Terima kasih selama 1,6 tahun ini karena telah membuat Surabaya menjadi aman dan nyaman," ujar Wahyu, salah seorang perwakilan wartawan. Coki Manurung pun terharu melihat ulah wartawan yang selama ini menemani. Ia mengaku bakal merindukan kembali bertugas di Surabaya. "Saya sudah jatuh cinta terhadap kota ini. Masyarakatnya terbuka dan tidak seperti yang diomongkan orang. Pasti saya bakal rindu setengah mati, seperti lagu itu," tukasnya. "Kebetulan lagu itu juga favorit anak dan istri saya. Jadi seolah menjadi lagu wajib keluarga kami. Satu lagi lagu favorit kami adalah 'Kisah Sedih di Hari Minggu'. Alasannya polisi itu tidak mengenal yang namanya Minggu," kata Coki menambahkan. Tidak hanya ia dan istrinya yang meneteskan air mata, para perwira dan bintara yang mendengarkan alunan lagu tanpa musik yang dinyanyikan para wartawan membuat mereka turut menangis. Matanya merah dan sesekali sesenggukan. Pemandangan yang sangat langka, apalagi Coki dikenal tidak pernah tersenyum dan tertawa di hadapan orang banyak. Perwira dengan pangkat tiga melati di pundak tersebut terhitung sejak 25 Agustus 2010 bertugas sebagai Kapolrestabes Surabaya menggantikan Kombes Pol Ikke Edwin, lalu terhitung sejak 2 Februari 2012, Kapolda Jatim Irjen Pol Hadiatmoko resmi melantik Kombes Pol Tri Maryanto sebagai Kapolrestabes baru. Selanjutnya, Coki yang pada 10 Februari 2012 tepat berusia 48 tersebut akan meneruskan pendidikan Sespim Polri di Lemhanas untuk berikutnya dapat menyandang pangkat bintang satu atau Brigadir Jenderal. "Kalau saya pasrahkan saja dan tawakal kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang penting saya bisa berbuat ke masyarakat dan Polri dicintai semua rakyat Indonesia," tukas pria kelahiran Jakarta itu. Selama menjabat di Kota Pahlawan, berbagai prestasi pengungkapan kasus-kasus besar berhasil diraihnya. Penjahat-penjahat dari kelas teri hingga kakap pun harus mengakui kepemimpinan Coki. Bahkan tidak sedikit dari penjahat jalanan yang terpaksa ditembak mati karena melawan petugas. Dari deretan pengungkapan kasus, Coki mengaku paling terkesan dengan penangkapan 32 tersangka kasus penipuan calon pegawai negeri sipil. Kedua, saat anggotanya berhasil berhasil mengungkap setiap kasus pembunuhan. Untuk kegiatan non-kasus, perwira lulusan Akpol 1986 tersebut terkesan dengan Lomba Cipta Kampung Aman (LCKA). Dengan adanya kegiatan tersebut, masyarakat sangat membantu polisi dalam menjaga dan menciptakan keamanan, minimal di kampungnya masing-masing. Sukses Dekati Bonek Kota Surabaya tidak bisa dilepaskan dari Bonek Mania, kelompok suporter tim sepakbola Persebaya. Sudah menjadi hal wajar setiap Persebaya bermain di kandang, Stadion Gelora 10 November, Tambaksari, Surabaya, tidak pernah sepi. Puluhan ribu suporter tumpah ruah di kawasan Tambaksari. Menurut Coki, Bonek bukan kelompok suporter yang harus ditakuti. Citra bonek di luar yang terlanjur dicap negatif mampu diredamnya. Setiap kali bertanding, sudah tidak ada lagi kerusuhan. Bahkan meski kalah dari tim tamu, bonek sudah bersikap dewasa dan menerima kekalahan. "Terbukti saat kalah melawan Semen Padang dan Persiba Bantul dengan skor yang sama, 0-1. Bonek tidak melakukan protes berlebihan dan menerima hasilnya. Itu tandanya bonek sudah dewasa dan tidak seperti yang orang kira," ucapnya. Ia mengaku sengaja mendekati dan kerap berdiskusi dengan pimpinan-pimpinan bonek. Tidak hanya komunikasi di kantornya, tapi sering juga dilakukan di tempat-tempat umum seperti warung kopi dan makanan di pinggir jalan. "Bonek itu sama seperti lainnya. Bisa diajak berdiskusi dan memiliki ide serta inovasi. Sebagai keamanan, kami harus mengerti dan tahu apa yang diinginkan bonek. Makanya komunikasi hati ke hati sangat perlu. Saya salut kepada bonek dan pasti rindu bonek," kata Coki. Setiap kali pertandingan di Surabaya, Coki Manurung beserta pimpinan satuan di Polrestabes berkeliling stadion menyalami dan menyapa ribuan bonek di tribun. Hasilnya ampuh, senyum dan sapa polisi membuat hati dan psikologi penonton nyaman. Terfavorit di Surabaya Meninggalkan ibukota Jawa Timur, otomatis harus menanggalkan semua kegemaran Coki yang ada, termasuk makanan favorit. Coki beserta istri dan anaknya juga memiliki tempat kuliner khusus yang dijadikan langganan. "Nasi Pecel Ketabang Kali, Sambal Teri Bu Kris dan salah satu rumah makan menu Ikan Cipiring di kawasan Jalan Mayjen Sungkono menjadi jujukan. Kalau sudah makan di sana, bakal tidak mau pulang," papar mantan Kapolres Bojonegoro tersebut. Selain makan, olahraga juga terpaksa ditinggalkannya. Olahraga seperti sepak bola/futsal dan bulu tangkis menjadi rutinitas bagi mantan Direktur Narkoba Polda Jatim itu. Yang paling disayangkan, lanjut dia, adalah berpisah dengan tim futsal Polrestabes. Selama masa kepemimpinannya, semua satuan di wilayah Polrestabes memiliki tim futsal khusus termasuk Polwan. Bernomor punggung 10, Coki Manurung bermain futsal seminggu sekali dengan anggotanya. Bahkan tidak jarang menantang tim wartawan dalam laga uji coba. "Kalau sudah main bola kadang sampai lupa waktu. Saya sudah sejak kecil senang sepak bola dan tidak bisa ditinggalkan," kata pencinta tim asal Liga Inggris, Liverpool tersebut. Masa kecilnya dihabiskan di Jakarta. Berpindah dari lapangan satu ke lapangan lain, Coki kecil bermain. Tidak hanya memiliki tim di sekolah, tapi juga tim di kampung halamannya. "Ada lagi hobi saya, yakni memancing. Kalau ada waktu luang sedikit, saya pakai memancing. Melihat kail dimakan ikan merupakan pemandangan paling senang dan sejenak lupa terhadap tugas," ucap pengidola pesepakbola asal Uruguay yang bermain di Liverpool, Luis Suarez tersebut. Pekerjaan Rumah Hingga masa jabatannya berakhir, Coki bukannya tanpa "utang". Hingga dipindahtugaskan, ada beberapa pekerjaan rumah yang menjadi bebannya ke depan, yakni mengungkap satu kasus pembunuhan, perampokan Bank Muamalat, dan penambahan pos Satlantas yang aktif 24 jam. "Sekarang ini masih sembilan pos lalu lintas yang aktif 24 jam. Padahal di Surabaya ada sekitar 40 pos. Inilah yang harus direalisasikan dan segera dibentuk," tandas Coki. Ia berpesan kepada Kapolrestabes baru untuk semakin berkreasi dan menjaga hubungan baik antara polisi dengan masyarakat di Surabaya. Menurut dia, seorang pemimpin harus memiliki kepekaan dan melihat potensi konflik di lapangan. Semisal saat terjadi unjuk rasa, jangan sampai pemimpin berada di barisan belakang dan hanya memantau, tapi harus berada di deretan paling depan agar segera bisa dilakukan komunikasi efektif. "Ingat, polisi bukan penghalang dan penghambat, tapi pengamanan. Peserta aksi tidak akan ricuh jika ada kenyamanan ketika menyampaikan aspirasinya. Tapi saya yakin Kapolrestabes baru sudah sangat paham dan bakal membawa Polrestabes Surabaya lebih maju," ucapnya. (*)
Berita Terkait

ANTARA Jatim kurban tiga ekor kambing di momen Idul Adha 1446 H
6 Juni 2025 14:42

ANTARA Biro Jatim dukung pencarian bakat penyiar muda di Surabaya
27 Maret 2025 17:38

LKBN ANTARA Jatim gelar buka puasa dan berbagi dengan anak yatim
22 Maret 2025 20:36

Konjen Tiongkok di Surabaya pererat kerja sama dengan LKBN ANTARA
18 Maret 2025 09:23

Dinkes Jatim sebut program MBG bukan sekadar atasi gizi buruk dan stunting
27 Februari 2025 18:01

Foto terbaik Januari 2025
31 Januari 2025 15:22

Pemprov Jatim gandeng LPA berikan pelatihan fotografi hingga pembuatan rilis
22 Januari 2025 17:44

Plh Sekdaprov apresiasi ANTARA promosikan UMKM-pariwisata Jatim
17 Januari 2025 19:22