Kerugian Banjir Bojonegoro Capai Rp10,3 Miliar
Minggu, 22 Januari 2012 15:07 WIB
Bojonegoro - Kerugian akibat banjir luapan Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, selama beberapa hari lalu diperkirakan mencapai Rp10,3 miliar lebih dengan kerugian terbesar disebabkan rusaknya areal tanaman padi seluas 3.202,5 hektare.
"Kerusakan tanaman padi seluas 3.202,5 hektare tersebut, bervariasi mulai rusak ringan, sedang hingga berat, termasuk yang mati karena baru ditanam," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Kasiyanto didampingi Kasi Kesiapsiagaan Sutardjo, Minggu.
Ia menjelaskan, data kerugian kerusakan tanaman padi tersebut, berdasarkan laporan yang masuk dari posko banjir di kecamatan, dalam kejadian banjir luapan Bengawan Solo, 15-18 Januari. Ketinggian air tertinggi Bengawan Solo pada papan duga di Bojonegoro pada 17 Januari mencapai 14,49 meter (siaga II).
Menurut dia, tanaman padi seluas 3.202,5 hektare tersebut, lokasinya tersebar di 32 desa di Kecamatan Kanor, Baureno, Kapas, Balen, Trucuk dan Kota. Lokasi tanaman padi terparah yang terendam air banjir yakni di sejumlah desa di Kecamatan Baureno dan Kanor yang luasnya hampir mencapai 2.000 hektare.
Ia menyebutkan, kerugian akibat tanaman padi yang terendam air banjir luapan Bengawan Solo itu, diperhitungkan berkisar Rp3 juta/hektare. "Kerugian rusaknya prasarana dan sarana umum akibat luapan banjir Bengawan Solo, seperti jalan poros kecamatan dan jalan desa lebih rendah jika dibandingkan dengan kerugian tanaman padi, " katanya.
Kasiyanto mengatakan, belum bisa menjelaskan kemungkinan para petani yang tanaman padinya rusak terendam air banjir tersebut mendapatkan bantuan."Kami belum tahu soal itu, " ucapnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, banjir akibat luapan Bengawan Solo di wilayah setempat dilaporkan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), juga berbagai pihak terkait lainnya, di antaranya Kementerian Pertanian dan Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jateng.
"Laporan banjir yang kami kirim bukan untuk meminta bantuan, tapi sebagai langkah koordinasi untuk penanganan secara keseluruhan, " katanya, menjelaskan.
Meski banjir surut, menurut Sutardjo, kewaspadaan menghadapi ancaman banjir luapan sungai terpanjang di Jawa itu tetap dilakukan. Alasannya, banjir luapan Bengawan Solo masih berpeluang terjadi karena berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, akan terjadi curah hujan dengan intensitas tinggi akhir Januari ini hingga pertengahan Februari.
"Posko bersama banjir tetap bersiaga 24 jam hingga Maret, " ungkapnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Subekti menambahkan, tanaman padi yang terendam banjir di sepanjang Bengawan Solo di wilayahnya tersebut merupakan tanaman padi spekulasi. "Seharusnya para petani pada musim banjir tidak menanam padi, " katanya. (*)