Bengawan Solo di Hilir Jatim Surut
Sabtu, 7 April 2012 4:58 WIB
Bojonegoro - Ketinggian air Bengawan Solo di hilir Bojonegoro berangsur-angsur surut, yakni 13,21 meter atau masih siaga I pada Jumat pukul 21.00 WIB yang sebelumnya sempat mencapai titik tertinggi 13,33 meter pukul 18.00 WIB.
"Posisi ketinggian air tertinggi 13,33 meter di Bojonegoro, berlangsung selama lima jam, sebelum akhirnya surut, karena banjir Bengawan Solo di Ngawi, juga surut," kata Kasi Operasi Unit Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom.
Ia menjelaskan, dengan mulai surutnya air di Bojonegoro itu, permukaan air di daerah hilir Tuban, dan Lamongan, juga akan ikut surut. Perhitungannya, air Bengawan Solo, di daerah Ndungus, Ngawi, sudah dibawah siaga banjir dengan ketinggian air 4,81 meter pukul 21.00 WIB.
Begitu pula, lanjutnya, ketinggian air di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, yang berada di bawah Ndungus, yang jaraknya sekitar 70 kilometer dari Kota Bojonegoro, juga di bawah siaga banjir dengan ketinggian air 25,30 pukul 21.00 WIB.
"Dan lagi, Bengawan Solo di Jurug, Solo, Jateng, tidak menimbulkan banjir, sehingga tidak ada tambahan debit air yang besar dari daerah hulu," katanya mengungkapkan.
Sementara itu, jelasnya, ketinggian air Bengawan Solo, di Babat, Lamongan, dan Laren, Karanggeneng, Lamongan, masuk siaga I, masing masing dengan ketinggian 6,98 meter dan 4,81 meter pukul 21.00 WIB."Permukaan Bengawan Solo di Lamongan tersebut masih cenderung naik, tapi dalam waktu dekat akan berangsur-angsur surut," paparnya.
Ia menegaskan, banjir di daerah hilir Jatim, akan cepat surut, sepanjang tidak ada tambahan air debit banjir dari daerah hulu, Jateng. Pertimbangannya, sudetan Bengawan Solo di Plangwot - Sedayu Lawas, Lamongan, sepanjang 13,6 meter, menuju Laut Jawa, sekarang ini, bisa berfungsi normal, mengalirkan debit banjir sebesar 640 meter kubik per detik.
"Pada musim hujan ini, sudetan berfungsi ekfektif, apalagi sekarang ini ketinggian air laut, juga normal, sehingga air banjir cepat mengalir ke laut," katanya menjelaskan.
Secera terpisah, Kasi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Sutardjo menyatakan, kewaspadaan menghadapi bencana banjir luapan Bengawan Solo, juga bencana lainnya, tetap dilakukan, dengan membuka posko selama 24 jam.
"Hanya saja posko yang kami bukan intern dari BPBD, sudah tidak lagi melibatkan berbagai pihak," katanya menambahkan.
Dari hasil rekapitulasi BPBD, kejadian berbagai bencana yang terjadi di daerah setempat, selama 2011 , menimbulkan kerugian sedikitnya mencapai Rp12 miliar. Kejadian bencana yang terjadi di antaranya, dua kali banjir luapan Bengawan Solo, 14 kejadian banjir bandang, beberapa kali tanah longsor dan kejadian bencana lainnya. (*).