Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan bahwa Indonesia menggandeng China untuk meningkatkan produksi minyak bumi melalui kolaborasi teknologi antara Sinopec dengan Pertamina EP.
“Untuk kerja sama penerapan teknologi, kita kerja sama dengan China. Ini sudah ada respons dari Sinopec untuk lima lapangan Pertamina EP,” ujar Arifin Tasrif ketika menyampaikan paparan di Jakarta, Jumat.
Adapun lima lapangan Pertamina EP (Eksplorasi dan Produksi) yang dimaksud, yakni Rantau, Tanjung, Pamusian, Jirak, dan Zulu.
“Sinopec akan kita undang ke Zulu, dan sekarang tinggal menunggu follow up selanjutnya,” kata Arifin.
Kerja sama tersebut merupakan salah satu langkah yang ditempuh oleh Kementerian ESDM dalam rangka meningkatkan produksi minyak bumi.
Melalui kerja sama teknologi dengan Sinopec, Arifin menargetkan terjadi peningkatan produksi minyak melalui metode Enhanced Oli Recovery (EOR) atau metode perolehan minyak tahap lanjut dengan cara menambahkan energi berupa dari material atau fluida khusus yang tidak terdapat dalam reservoir minyak.
Metode tersebut biasanya diimplementasikan di sumur-sumur yang sudah tua.
“Kalau dulu recovery-nya hanya 30 persen, sekarang kita coba Pertamina bisa meningkatkan recovery ke 50 persen,” kata Arifin.
Arifin mengatakan bahwa teknologi China mampu meningkatkan recovery hingga di atas 50 persen.
“Jadi kita lagi memadukan (dengan teknologi China) supaya bisa ngangkat dan kita harapkan ada tambahan lifting,” kata Arifin.
Terkait dengan prospek produksi minyak bumi secara keseluruhan, Arifin mengatakan terdapat enam prospek yang ditargetkan bisa berproduksi pada 2028.
Adapun enam lapangan baru tersebut meliputi Forel yang diestimasikan mulai berproduksi pada kuartal keempat 2024, Ande Ande Lumut (kuartal pertama 2028), Singa Laut Kuda Laut (kuartal keempat 2026), Hidayah (kuartal pertama 2027), BUIC (kuartal ketiga 2024), dan OO-OX (kuartal pertama 2026).
“Jumlahnya 100 ribu barel lebih,” kata Arifin.
Ia menargetkan agar berbagai upaya tersebut dapat mendongkrak produksi minyak bumi yang menunjukkan tren penurunan sejak 2020.
“Dari 2020 itu kita memang minyaknya anjlok terus. Kami coba untuk menahan, kami sekarang mengelola lapangan-lapangan tua,” kata Arifin.