Menteri Bahlil di Jakarta, Selasa, mengatakan strategi itu antara lain yakni optimalisasi produksi minyak bumi dengan teknologi, reaktivasi sumur-sumur yang menganggur (idle), serta melakukan eksplorasi migas khususnya di wilayah Indonesia Timur.
"Jadi produksi minyak Indonesia itu 221 juta barel dalam setahun. Impor kita 297 juta barel, terdiri atas 129 juta barel dalam bentuk minyak mentah dan 168 juta barel dalam bentuk bahan bakar minyak (BBM)," kata Bahlil.
Untuk optimalisasi produksi minyak dengan teknologi, Bahlil mencontohkan proyek di Banyu Urip, Surabaya yang dikerjakan oleh ExxonMobil.
Baca juga: Kinerja sektor migas dan nonmigas dorong kenaikan ekspor Jatim
Menurutnya, proyek tersebut bisa meningkatkan lifting minyak yang pada awalnya 90-100 ribu Barrel Oil per Day (BOPD) menjadi 140-160 ribu BOPD.
Sementara untuk reaktivasi sumur yang menganggur, Bahlil mengatakan saat ini terdapat 44.985 sumur migas yang ada di Indonesia, dan 16.990 di antaranya masuk kategori idle well.
"Namun demikian, tidak semua memiliki potensi untuk direaktivikasi karena sesuatu dan lain hal, seperti tidak adanya potensi subsurface, keekonomian yang tidak terpenuhi karena high cost rectivation dan harga minyak mentah dunia pada saat itu, serta faktor HSE dan non teknikal lainnya," katanya.
Lebih lanjut untuk strategi eksplorasi migas di wilayah Indonesia Timur, pihaknya berfokus pada daerah seperti Seram, Buton, Laut Aru-Arafura, Warim dan Timor.
"Fokus area kita sekarang itu adalah di daerah-daerah wilayah timur. Ini. Jadi di wilayah-wilayah timur sekarang. Nah, status area saat ini, ada beberapa blok yang potensinya bagus. Seperti di Seram, Buton, di Laut Aru-Arafura, Warim dan Timor," katanya.
Baca juga: Kinerja sektor migas dan nonmigas dorong kenaikan ekspor Jatim
Menurutnya, proyek tersebut bisa meningkatkan lifting minyak yang pada awalnya 90-100 ribu Barrel Oil per Day (BOPD) menjadi 140-160 ribu BOPD.
Sementara untuk reaktivasi sumur yang menganggur, Bahlil mengatakan saat ini terdapat 44.985 sumur migas yang ada di Indonesia, dan 16.990 di antaranya masuk kategori idle well.
"Namun demikian, tidak semua memiliki potensi untuk direaktivikasi karena sesuatu dan lain hal, seperti tidak adanya potensi subsurface, keekonomian yang tidak terpenuhi karena high cost rectivation dan harga minyak mentah dunia pada saat itu, serta faktor HSE dan non teknikal lainnya," katanya.
Lebih lanjut untuk strategi eksplorasi migas di wilayah Indonesia Timur, pihaknya berfokus pada daerah seperti Seram, Buton, Laut Aru-Arafura, Warim dan Timor.
"Fokus area kita sekarang itu adalah di daerah-daerah wilayah timur. Ini. Jadi di wilayah-wilayah timur sekarang. Nah, status area saat ini, ada beberapa blok yang potensinya bagus. Seperti di Seram, Buton, di Laut Aru-Arafura, Warim dan Timor," katanya.