Surabaya (ANTARA) - Tahun ini genap 70 tahun perilisan Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai. Pada tanggal 28 Juni, konferensi peringatan 70 tahun perilisan Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai diadakan di Beijing, Tiongkok.
Presiden Tiongkok Xi Jinping menghadiri konferensi peringatan tersebut dan menyampaikan pidato penting. Dalam pidatonya beliau menjelaskan secara komprehensif kontribusi historis, konotasi spiritual, dan nilai kontemporer dari Lima Prinsip tersebut.
Dengan jelas mengusulkan serangkaian inisiatif untuk mempromosikan Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai dalam situasi baru dan bersama-sama membangun komunitas senasib sepenanggungan umat manusia. Dalam konferensi tersebut juga dikeluarkan “Deklarasi Beijing Konferensi Memperingati 70 Tahun Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai”.
Membangun tatanan internasional yang setara, adil dan rasional adalah aspirasi bersama sebagian besar negara dan masyarakat di dunia.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, perjuangan pembebasan nasional di Asia, Afrika dan Amerika Latin berkembang pesat. Negara-negara yang baru saja merdeka ini berkeinginan untuk menjaga kedaulatan nasional, mengembangkan perekonomian nasional, dan menjalin hubungan internasional yang setara.
Pada tahun 1954, pemimpin Tiongkok untuk pertama kalinya secara utuh mengusulkan lima prinsip, yaitu “saling menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah, saling tidak melakukan agresi, saling tidak mencampuri urusan dalam negeri satu sama lain, setara dan saling menguntungkan, serta hidup berdampingan secara damai”, dan memasukkan lima prinsip tersebut ke dalam Pernyataan Bersama Tiongkok-India dan Tiongkok-Myanmar.
Pada tahun 1955, dalam Konferensi Bandung diusulkan sepuluh prinsip penanganan hubungan antar negara dan menganjurkan semangat Bandung yang meliputi persatuan, persahabatan dan kerja sama. Gerakan Non-Blok yang muncul pada tahun 1960-an mengadopsi Lima Prinsip sebagai pedomannya.
Deklarasi Prinsip-Prinsip Hukum Internasional yang disetujui oleh sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB) ke-25 pada tahun 1970 dan Deklarasi Pembentukan Tata Ekonomi Internasional Baru yang disetujui oleh sidang Majelis Umum khusus PBB ke-6 pada tahun 1974, keduanya dengan jelas mengadopsi lima prinsip.
Selama 70 tahun ini, Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai telah mendalam di hati masyarakat dan dimasukkan dalam serangkaian dokumen internasional yang penting.
Lima prinsip telah diakui secara luas dan diikuti oleh komunitas internasional, menjadi norma dasar hubungan internasional dan prinsip dasar hukum internasional yang terbuka, inklusif dan berlaku secara universal.
Dunia saat ini sedang mengalami perubahan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya selama 100 tahun ini. Pola internasional sedang mengalami perubahan besar, perdamaian dan pembangunan dihadapkan dengan berbagai tantangan.
Dihadapkan pada isu utama “dunia seperti apa yang harus kita bangun dan bagaimana membangun dunia ini?” Tiongkok telah memberikan jawaban zaman, yaitu membangun komunitas senasib sepenanggungan umat manusia.
Konsep ini sejalan dengan Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai. Keduanya berakar pada budaya tradisional Tiongkok yaitu bersikap baik terhadap tetangga, dapat dipercaya dan harmonis, serta rukun dengan semua bangsa, menunjukkan tekad kuat Tiongkok untuk mengikuti jalan pembangunan damai, dan merupakan warisan, pengembangan dan sublimasi berkelanjutan dari Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai dalam situasi baru, serta mewujudkan harapan bersama masyarakat semua negara untuk membangun dunia yang lebih baik.
Berada di persimpangan jalan perdamaian atau perang, kemakmuran atau resesi, persatuan atau konfrontasi, dunia saat ini perlu lebih mempromosikan Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai dibandingkan sebelumnya, mengambil langkah menuju tujuan membangun komunitas senasib sepenanggungan umat manusia.
Tiongkok menganjurkan:
1. Menjunjung tinggi kesetaraan kedaulatan, memungkinkan setiap negara untuk menemukan posisinya sendiri dalam sistem multipolar, memainkan perannya berdasarkan premis untuk mematuhi hukum internasional, dan bersama-sama mendorong multipolaritas dunia yang setara dan teratur.
2. Mematuhi sikap saling menghormati, menghormati perbedaan sejarah, tradisi budaya dan tahapan perkembangan masing-masing negara, menghormati kepentingan inti dan keprihatinan utama satu sama lain, menghormati jalan pembangunan dan model sistem yang dipilih secara mandiri oleh masyarakat masing-masing negara, dan tidak mencampuri urusan dalam negara lain.
3. Membangun keamanan bersama, kita harus menegaskan bahwa semua negara membagi tanggung jawab untuk menjaga perdamaian, mengikuti jalan pembangunan damai, menyelesaikan perselisihan melalui dialog, menyelesaikan perbedaan melalui konsultasi, dan membangun arsitektur keamanan yang lebih seimbang, efektif, dan berkelanjutan.
4. Mendorong pembangunan bersama, menganjurkan globalisasi ekonomi yang inklusif, mendorong pembangunan bersama Satu Sabuk Satu Jalan yang berkualitas tinggi, dan mengimplementasikan inisiatif pembangunan global, sehingga masyarakat dari semua negara dapat berbagi hasil pembangunan dan memungkinkan negara-negara di “desa global”bisa mengupayakan pembangunan dan kesejahteraan bersama, dan menjadikan konsep win-win menjadi konsensus.
5.Menjunjung tinggi keadilan, menjaga kewibawaan PBB dan hukum internasional, mendukung konsep tata kelola global yang berupa konsultasi ekstensif, kontribusi bersama, dan manfaat bersama, mempraktikkan multilateralisme sejati, berbagai permasalahan di dunia harus ditangani oleh semua negara melalui konsultasi, dan keterwakilan serta suara negara-negara berkembang harus ditingkatkan.
6.Menunjukkan keterbukaan dan inklusivitas, mendorong dialog yang setara, dan saling belajar antar peradaban yang berbeda, mendorong saling pengertian di antara masyarakat semua negara, dan mempromosikan nilai-nilai bersama umat manusia yaitu perdamaian, pembangunan, keadilan, demokrasi, dan kebebasan.
Tiongkok aktif menganjurkan agar “Global Selatan” bekerja sama untuk menjadi kekuatan stabil dalam menjaga perdamaian, tulang punggung pembangunan terbuka, kekuatan konstruktif tata kelola global, serta kekuatan pendorong saling belajar antar peradaban, secara tegas berada di garis depan dalam membangun komunitas senasib sepenanggungan umat manusia.
Tiongkok selalu adalah pendukung aktif dan praktisi tegas Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai. Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai telah lama diabadikan dalam Konstitusi Tiongkok dan telah menjadi landasan kebijakan luar negeri Tiongkok yang mengutamakan independen, mandiri dan damai.
Kini Tiongkok sedang secara komprehensif mendorong pembangunan negara kuat dan usaha mulia peremajaan bangsa melalui modernisasi ala Tiongkok.
Dalam perjalanan baru ini, tekad Tiongkok untuk menempuh jalan pembangunan damai tidak akan berubah, tekadnya untuk bekerja sama secara bersahabat dengan negara lain tidak akan berubah, dan tekadnya untuk mendorong pembangunan bersama di dunia juga tidak akan berubah.
Tiongkok bersedia bersama dengan semua negara di dunia termasuk Indonesia untuk menjunjung tinggi Lima Prinsip Hidup Berdampingan secara Damai, menggandeng tangan mendorong pembangunan komunitas senasib sepenanggungan umat manusia, dan secara aktif memberikan kontribusi baru dan lebih besar untuk menjaga perdamaian dunia dan mendorong pembangunan bersama, demi menciptakan masa depan yang lebih baik.
*) Penulis adalah Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Surabaya, Mr. Xu Yong
Hidup Berdampingan secara Damai Meletakkan Landasan, Nasib Ditanggung Bersama Menciptakan Masa Depan Bersama
Oleh Mr. Xu Yong* Rabu, 31 Juli 2024 19:09 WIB
tekad Tiongkok untuk menempuh jalan pembangunan damai tidak akan berubah, tekadnya untuk bekerja sama secara bersahabat dengan negara lain tidak akan berubah, dan tekadnya untuk mendorong pembangunan bersama di dunia juga tidak akan berubah.