Trenggalek, Jawa Timur (ANTARA) - Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Trenggalek Jawa Timur intens mengampanyekan makanan pendamping beras untuk mengantisipasi fluktuasi atau dinamika harga komoditas pangan itu dalam beberapa musim terakhir.
"Kampanye makanan pendamping beras itu sebagai langkah antisipasi apabila harga beras melambung tinggi dan melemahkan daya beli masyarakat. Dengan pendekatan ini, diharapkan ketergantungan dalam hal konsumsi beras -bisa- berkurang," kata Ketua TP PKK Trenggalek Novita Hardini di Trenggalek, Selasa.
Dia menjelaskan, kecenderungan harga beras melambung tinggi itu bukan tak mungkin sebagai dampak musim kemarau panjang yang berpengaruh pada jumlah produksi beras.
"Bukan tidak mungkin tahun 2025 krisis beras bisa saja terjadi. Apalagi harga beras saat ini yang sangat mahal," kata Novita.
Melihat dinamika di lapangan itu, krisis beras menjadi salah satu perhatian perempuan yang terpilih menjadi anggota DPR-RI Dapil VII Jatim itu.
Karena itu pihaknya intens mengampanyekan makanan pendamping beras, maka apabila kemungkinan buruk itu terjadi masyarakat sudah siap sehingga ketahanan pangan tetap terjaga.
"Beras merupakan kebutuhan pokok masyarakat, namun anggapan belum makan kalau belum makan nasi juga perlunya disikapi," katanya.
Ada beberapa makanan pendamping beras yang bisa dijadikan masakan atau sajian utama, meliputi singkong, talas, ubi, pisang, porang, jagung hingga sukun. Apalagi makanan pendamping beras itu mudah dijumpai masyarakat dan dapat dikembangkan mandiri di lingkungan sekitar rumah.
Kekayaan alam itu menjadi nilai plus Trenggalek dalam bidang ketahanan pangan.
"Perlunya dipikirkan makanan pendamping nasi untuk menghadapi krisis pangan yang mungkin saja terjadi. Bukan tidak mungkin harga beras nantinya semakin mahal dan tidak terjangkau masyarakat. Dengan terbiasa makan makanan pendamping lainnya, ketergantungan terhadap beras dapat dikurangi," katanya.