Banyuwangi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, berkomitmen mendukung pengembangan komoditas pertanian salah satunya adalah pisang cavendish atau pisang ambon putih yang memiliki harga relatif stabil dan banyak diminati pasar.
Salah satu sentra pisang cavendish di Banyuwangi, terletak di Kecamatan Cluring, dan saat ini total luasan tanaman pisang cavendish di satu kecamatan itu mencapai sekitar 10 hektare (ha).
"Potensinya besar dan kita memiliki alam yang cocok untuk jenis pisang ini, harus kami optimalkan agar pendapatan dan kesejahteraan petani Banyuwangi bisa meningkat," ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu.
Bupati Ipuk mengungkapkan bahwa pisang ambon putih itu tidak hanya dikembangkan di Kecamatan Cluring, namun juga di Kecamatan Bangorejo, Tegaldlimo, Purwoharjo dan Muncar.
Baca juga: Banyuwangi Festival 2024 hadirkan 12 kegiatan menarik
"Pisang cavendish merupakan komoditas buah tropis yang sangat populer di dunia sehingga memiliki prospek pasar yang luas," katanya.
Sementara itu, salah seorang petani pisang cavendish di Desa/ Kecamatan Cluring, Sunarto mengaku mengembangkan pisang ambon putih jenis grand nine (G9), karena karakteristik jenis ini memiliki ukuran buah lebih besar, tekstur daging buah yang lembut serta rasa manis asam.
Ia menceritakan sejak lima tahun lalu mulai bertani pisang cavendish dari sebelumnya petani cabai, karena dinilai lebih menguntungkan, dan harganya lebih stabil termasuk perawatannya tidak rumit.
"Permintaan pisang cavendish sangat tinggi, sehingga prospek ke depan lebih menjanjikan. Kami tidak sulit mencari pasar karena buah ini sangat diminati," katanya.
Menanam pisang cavendish, menurut Sunarto, memerlukan keuletan dan ketelatenan, dan pemilihan bibit yang unggul, proses penanaman, cara perawatan hingga penanganan pascapanen sangat menentukan kualitas buah yang dihasilkan.
Ia menyebutkan, rata-rata satu pohon pisang mampu memroduksi pisang cavendish seberat 20kg, dan hasil panennya ini akan langsung diambil oleh pengepul untuk diproses dan dipasarkan ke sejumlah supermarket di wilayah Surabaya, Bali, dan beberapa kota besar lainnya.
"Harga dari kami RP6.000 per kilogram. Jadi kalau di rata-rata per pohon bisa menghasilkan Rp120.000," kata Sunarto.