Surabaya (ANTARA) - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Surabaya memperkenalkan maskot "Si Mbois" sebagai rangkaian Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Komisioner KPU Kota Surabaya Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan SDM Subairi di Surabaya, Selasa mengatakan maskot "Si Mbois" dengan rupa buaya itu menjadi sarana sosialisasi kepada masyarakat untuk menyukseskan Pilkada 2024.
"Maskot Pilkada Surabaya memiliki akronim 'Siap Memilih dan Berdemokrasi Untuk Surabaya' (Si Mbois), nama itu merupakan doa bersama agar seluruh pelaksanaan tahapan berjalan lancar dan sukses," katanyai.
"Si Mbois" merupakan karya Dedy Ranggameda yang terpilih sebagai pemenang lomba pembuatan maskot Pilkada Surabaya 2024.
Subairi menjelaskan terpilihnya "Si Mbois" sebagai maskot pesta demokrasi tingkat kota karena dinilai mampu merepresentasikan makna Kota Surabaya.
"Karakter buaya ini menjadi ikon Kota Surabaya dan menampilkan sisi sosial masyarakatnya yang semangat, ramah, dan bijaksana," ujarnya.
Selain itu, maskot tersebut memiliki tampilan yang mengombinasikan antara unsur gaya busana anak muda di era modern dan tradisional.
"Kalau bahasa Suroboyoan-nya ini mbois (keren), pakai kacamata dan baju lengan panjang yang menampilkan sisi kasual, kemudian memakai jari semanggi serta udeng khas Surabaya," tuturnya.
Kreator "Si Mbois" juga mencantumkan unsur informatif pelaksanaan pilkada berupa surat suara yang lengkap dengan tanggal pelaksanaan, paku untuk mencoblos, tanda tinta di jari tangan kanan, dan logo lembaga KPU.
Selain mengenalkan maskot, KPU Kota Surabaya juga mengenalkan media sosialisasi pilkada lainnya, yakni berupa mars berjudul "Berani Memilih untuk Surabaya", ciptaan Agus Wahyudi, dan jingle "Dulur Suroboyo Monggo Nyoblos", karya Andre Natalis Putranto.
Sementara itu, salah seorang juri Wahyu Kokkang menjelaskan bahwa penetapan maskot itu melalui tahapan seleksi ketat dan memperhatikan pada sisi keaslian setiap karya yang didaftarkan.
"Peserta awalnya puluhan, terus dikerucutkan menjadi 15 karya dan dipilih 6 karya terbaik untuk ditentukan pemenangnya," tuturnya.
Dia menjelaskan verifikasi menjadi hal krusial, sebab mencegah adanya peserta yang meniru karya lain menggunakan aplikasi kecerdasan buatan.
"Sebab beberapa kali saya menjadi juri dan adanya AI ini membuat banyak karya tidak original masuk. Kalau di ajang dari KPU Surabaya tidak ada yang terindikasi," katanya.
Kemudian, dia menyebut bahwa "Si Mbois" ini juga memenuhi unsur cetak. Artinya detail yang ada bisa dengan mudah dijadikan alat sosialisasi dalam bentuk boneka maupun gantungan kunci.
"Ketika maskot sangat detail itu malah salah, maka tidak bisa dibuat cenderamata yang berukuran kecil, karena terlalu sulit dicetak," ucap dia.