Surabaya - Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) DPD Jawa Timur melakukan pendekatan kepada mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jatim melalui Kongres Mahasiswa Islam Indonesia (KMII). "Mahasiswa merupakan bagian kaum intelektual, karena itu mereka berperan penting sebagai 'agent of change' untuk menyadarkan masyarakat," kata koordinator Departemen Infokom HTI DPD Jatim, Agus Ramadhan, Senin. KMII yang digelar di Surabaya pada 27 November lalu dengan tema "Bergerak, Bersatu Tegakkan Khilafah" itu dihadiri 3.000 mahasiswa se-Jatim serta diisi dengan orasi, teatrikal, nasyid, dan testimoni. "Orasi disampaikan sejumlah pengurus HTI dan mahasiswa, di antaranya Erwin Permana ME (deklarator KMII 2009), Rokhmat S. Labib MEI (Ketua DPP HTI), dan Ir Ismail Yusanto MM (Juru Bicara DPP HTI)," katanya. Selain itu, Arif Firmansyah MM (Unair), Wahyunanto M.Eng (Unibraw), Mirza Ghulam I. (Mawapres Teknik Mesin ITS 2010), M. Suhermanto (Gubernur BEM Teknik UM/Mawapres UM 2011), Lukman Atmaja PhD (Dosen ITS), dan Khusnuddin, MEI (Dosen UIN Malik Ibrahim). Dalam KMII itu, peserta KMII sepakat bahwa kondisi dunia Islam, khususnya Indonesia, terus menerus didera berbagai persoalan karena mereka mengabaikan syariat Islam dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat (khilafah). "Hingga kini, Indonesia tidak pernah keluar dari krisis di segala bidang, walaupun telah melakukan perubahan rezim atau modifikasi implementasi sistem kapitalisme-demokrasi," katanya. Berdasarkan fakta empiris, HTI memandang bahwa kapitalisme-demokrasi telah gagal membawa Indonesia menuju ke arah kehidupan yang lebih baik, bahkan menjerumuskan Indonesia ke berbagai persoalan bangsa dan negara. "Hal itu terlihat dari mulai meningkatnya utang luar negeri, naiknya tingkat kriminalitas, kemiskinan, pengangguran, dan lainnya, karena itu HTI menawarkan solusi untuk Indonesia yaitu syariah dan khilafah," katanya. Syariah adalah seperangkat aturan Islam yang mengatur kehidupan manusia, termasuk dalam bermasyarakat dan bernegara, sedang khilafah adalah institusi dengan kekhasannya untuk menerapkan syariah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. "Dalam menerapkan solusi itu, para mahasiswa sebagai intelektual memiliki peran penting karena para intelektual itulah yang akan memberikan pemahaman dengan pandangan yang universal dan sudut pandang yang khas serta haq kepada masyarakat," katanya. (*)
Berita Terkait
PWNU Jatim pertanyakan acara "Isra Miraj" yang digelar HTI
4 Februari 2025 19:10
Radikalisme dan Atheisme Digital selama 2024
9 Januari 2025 14:51
PBNU harap masyarakat tidak lengah dengan pergerakan kelompok radikal
27 Februari 2024 16:29
Pemkab Jember tak izinkan Konser Langit Ustadz Hanan Attaki
22 Juli 2022 18:00
Gajah sumatera mati di hutan konsesi di Riau
7 Februari 2020 20:03
TNI AD pertahankan Enzo
13 Agustus 2019 14:45
Moeldoko tanggapi isu soal Enzo Allie pengikut HTI
10 Agustus 2019 19:54
Hendropriyono: kekuatan massa pendukung Prabowo-Sandi sudah "ompong"
19 Mei 2019 20:29
